#1 – Sandal atau Sepatu? (Sebuah Cerita)

“Lebih dari dua tahun yang lalu, aku mengingat persis kejadian waktu itu. Bagaimana denganmu? Masihkah kau merasa lucu, ketika teringat lagi tentang itu? Atau malah kau sudah sengaja lupa? Kalaupun kau lupa, aku akan siap menceritakan lagi kisah dua tahun lalu itu. Dimana pertama kali, aku bertemu laki-laki yang membuat hidupku seberantakan ini.”

**

08 Oktober 2014, saat aku memulai kisah hidup baru, saat keadaan membuatku harus menjadi anak rantau di kota orang. Yah anak desa yang berguru ke kota. Untuk mulai menyandang gelar mahasiswa yang terdengar hebat bagi kebanyakan orang. Bukannya setelah lulus SMA, kita harus melanjutkannya ke jenjang perkuliahan? Begitu pemikiranku dulu. Aku memulai semuanya dari hari itu. Aku berangkat ke salah satu kota, sebut saja kota P. Untuk mendaftar kuliah di salah satu Universitas ternama disana. Semula semuanya berjalan sama dan biasa saja. Aku ingat sekali saat itu, aku masih terlibat cinta masa lalu dengan dua orang yang tak jelas hubungannya denganku, yang memang saat itu semuanya terjalin tanpa adanya status.

Lucu rasanya jika harus memutar balik kenangan itu, tapi aku tak pernah bosan jika ada yang bertanya bagaimana bisa aku bersama denganmu? Dan bagaimana bisa kau menggantikan orang-orang yang dulu masih terlibat kisah denganku? Siapa yang sangka hari itu aku akan bertemu denganmu. Meskipun bukan dengan cara yang menyenangkan. Awal yang membuat aku kesal dan malu. Kau menganggapku terlalu polos atau entahlah, aku ini menyebalkan saat itu.

Hari itu, tepatnya pengambilan formulir pendaftaran Fakultas yang aku pilih di kampus.

“Heii.. kamu! Kenapa tidak memakai sepatu?” tanyamu pada salah satu mahasiswi baru yang ada didalam barisan.
Mahasiswi baru itu pun hanya diam dan melirik kesekelilingnya. Sampai kau pun geram.

“Kamu!” kau menunjuk kearahku. Dengan wajah yang kaget aku kebingungan.

“Iya, yang kamu pakai itu sandal atau sepatu?” tanyamu geram.

“Katanya temanku sih sepatu kak” aku menjawab apa adanya sambil menunjuk teman disampingku.

Kau berjalan kearahku, dan berdiri tepat disamping kiriku. “Ini sandal! Keluar dari barisan sekarang!” Kau marah waktu itu.

Ah menyebalkan kakak ini, aku menggerutu didalam hati. Tanpa perlawanan aku pindah dan keluar dari barisan. Sial sekali aku.

Foto by : Google.com
ilustrasi by Google.com

Beberapa waktu kemudian, ketika kami para mahasiswa baru sudah berada dalam ruangan untuk mengambil formulir pendaftaran. Tiba-tiba saja salah satu kakak yang entah siapa namanya, menyuruhku maju kedepan untuk memperkenalkan diri.

“Kamu yang pakai baju hitam-hitam, maju kedepan perkenalkan dirimu!” perintahnya. Aku bingung, karena saat itu aku memakai pakaian serba biru dongker. “Saya kak?” tanyaku memastikan. “Iya, kamu cepat maju!” lanjutnya menyuruhku.

Ah kakak itu aneh, buta warna atau apa sih? Dengan penuh percaya diri aku pun maju kedepan teman-teman yang sebagian besar aku tak kenal. “Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Avisah Indryani Mauliddya Rahma. Saya mahasiswi dari Program Studi Pendidikan Biologi” kataku sambil senyum-senyum. Tiba-tiba saja ada salah seorang menyahut. “Eh anggotaku itu dari Biologi” ujarnya heboh sendiri. Aku menatap tajam orang itu, iya.. dia orang yang tadi menyuruhku keluar dari barisan karena memakai sandal. “Ahh.. ternyata dia seniorku di Biologi, sial eh”.

Begitulah awal pertemuan, di awal perjuangan ketika memulai kehidupan perkuliahan. Moment dan percakapan singkat melekat erat diingatanku. Andai waktu itu bukan kamu yang menegurku, apakah akan sama? Kamu, senior yang menyebalkan dan aku tidak tahu siapa namamu. Saat itu pun aku sama sekali tak mau tahu siapa kamu. Dan tak berpikiran untuk kenal lebih dekat, apalagi menjalin hubungan denganmu. Yang aku tahu hari itu telah selesai, dan aku melaluinya dengan sedikit kekesalan karena ulahmu. Mungkin saat itu juga kamu berpikir aku menyebalkan, dan dari sekian banyak mahasiswa baru kamu seharusnya lupa dengan kejadian itu. Seharusnya memang kamu melupakan kejadian sandal atau sepatu! Mungkin?

***

Setelah kejadian itu, aku berharap tidak akan bertemu lagi dengan senior sepertimu. Aku pikir kita tak akan sering bertemu. Tapi ternyata aku salah. Beberapa hari kemudian, tepatnya tanggal 19 Agustus 2014. Aku harus menghadiri stand expo Maba Biologi. Dan aku berangkat tanpa memikirkan apa-apa lagi. Masih dengan penampilan yang sederhana, dan sandal yang sama pula. Setelah tiba dilokasi kegiatan, lagi-lagi aku melihat dia. Ya ampun, kenapa ada kakak itu? Seakan aku protes pada nasibku.

“Ehh kamu lagi. Kenapa masih memakai sandal? Cepat kemari!” dia menegurku lagi.

“Iya kak” jawabku pasrah. Aku pun berjalan menghampiri dia. Dan aku tidak sendirian ternyata. Teman baruku yang bernama Icha juga memakai sandal, hahaha aku tidak sendirian.

“Kalian ini, kenapa tidak pakai sepatu? Kalian kan tahu, kalian adalah mahasiswa Ilmu Pendidikan dan Keguruan, calon guru. Masa guru pakai sandal begini. Lihat, teman-teman disini tidak ada yang pakai sandalkan”. Kau menceramahi kami berdua.

Kau mulai melihat kearahku. “Kamu yang kemarin itukan. Kenapa masih pakai sandal?” tanyamu padaku.

“Eeee anu kak, saya belum beli sepatu” jawabku apa adanya.

“Kenapa belum beli?” kau terus bertanya padaku.

“Tidak ada yang antar saya kak buat pergi beli, saya tidak tahu jalan disini karena saya orang baru” benar-benar jawaban yang apa adanya.

“Oohh, kalau begitu biar saya yang antar kamu pergi beli sepatu” katamu, entah apa maksudmu saat itu.

“Hehe.. tidak usah repot-repot kak” jawabku malu-malu.
Kau pun menyuruh Icha untuk pergi ke senior yang lain, dan kau lanjut berbicara padaku.

“Siapa namamu?” tanyamu lagi.

“Saya Avisah Indryani Mauliddya Rahma kak” jawabku lengkap.

“Kamu tahu saya ini prodi apa?” tanyamu lagi. “Kakak prodi Pendidikan Biologi kan” Jawabku yakin.

“Kata siapa? Dan mana buktinya kalau itu benar?” kau menyangkal, dan aku tahu itu.

“Waktu diruangan pengambilan formulir itu, saya maju memperkenalkan diri. Terus pas saya bilang kalau saya dari prodi Pendidikan Biologi, kakak menyahut anggotaku itu. Jadi yahhh…” jelasku tak mau kalah denganmu.

“Bisa saja itu salah. Itu bukan bukti yang akurat” kau mengelak lagi.

“Hhhmm.. nah itu kakak punya slayer hijau, sama dengan yang kakak-kakak lainnya pakai sekarang” aku menunjuk kain hijau ditas kecilnya.

“Ini bukan punyaku, saya hanya meminjam” kau masih tidak mau jujur.

“Ahh, tidak mungkin itu kak. Kakak ini pasti prodi pendidikan Biologi” aku ini keras kepala.

Kau tertawa dan akhirnya mengaku juga “Iya, saya prodi pendidikan biologi. Jadi kita akan sering ketemu nantinya.

“Kau tahu siapa namaku?” lanjutmu bertanya lagi.

“Saya belum tahu kak” jawabku.

“Nama saya Muhammad Bagas Al Fatih” jawabmu.

“Eee, jadi saya bisa panggil kakak siapa?” tanyaku.

“Terserah saja” katamu lagi.

“Oh iya, panggil kak Bagas saja dan” disitulah aku tahu namamu.

Dan kau masih beberapa kali menanyakan namaku. Yah mungkin karena namaku terlalu panjang dan sulit diingat. Kau mulai memberiku nasihat-nasihat. Aku tidak ingat apa saja yang kau sampaikan saat itu. Tapi saat itu, aku belum berpikir apapun tentangmu. Apalagi tentang perasaan. Tapi entah denganmu, apa rencanamu, benar-benar aku tak tahu apapun.

Kita jadi sering tak sengaja bertemu. Seperti hari itu, saat pengembalian formulir Fakultas di Sekretariat BEM Fakultas. Aku melihatmu dari jauh, dan tadinya aku ingin bersembunyi agar kau tak melihatku. Tapi sia-sia karena kau memanggilku terlebih dulu. Untungnya aku sudah memakai sepatu, bukan sandal lagi.

Saat itu pun kau mulai memarahiku lagi, yah sekedar ceramah ringan dipagi hari, hahaha. “Eh kenapa tadi mau lari dan sembunyi waktu lihat saya disini? Memangnya saya ini hantu?” katamu.

“Hehe, bukan begitu kak. Malu saja. Tapi sekarang saya sudah pakai sepatu kok. Lihat nih” aku memamerkan sepatuku.

“Baguslah. Lain kali kalau ketemu senior jangan lari yah! Karena biar bagaimanapun kita ini satu prodi.” Lanjutmu.

“Iya kak. Maaf” aku malu-malu.

Aku masih hafal dengan jelas, gambaran saat awal pertemuan denganmu. Bukan sengaja untuk menghafalnya, hanya saja aku tidak bisa lupa. Meski sekarang kadang aku ingin lupa ingatan saja. Lalu, bagaimana denganmu? Apa Cuma aku saja yang mengingat dan menyimpan ini semua? Apa kamu juga sama? Atau tidak! Tapi tak apa, aku siap menceritakan dan membuatmu ingat semuanya lagi lewat tulisan ini. Menceritakan hal lucu tentang sandal atau sepatu.

Bersambung ke #2 – Aku yang Memulai? (Sebuah Cerita)


Diterbitkan

dalam

oleh

Tags: