Ekspedisi Mahasiswa Bahasa & Sastra Indonesia di Pulau Bangkep Beri Kesan Mendalam

Sebanyak 47 mahasiswa program studi Bahasa dan Sastra Indonesia Untad angkatan 2014 kelas B, didampingi oleh lima dosen pembimbing, telah berhasil melaksanakan Expedisi Penelitian Bahasa Banggai di Kepulauan Banggai Kecamatan Tinangkung, Desa Bakalan, pada 03 Mei 2017. Kedatangan puluhan mahasiswa ini disambut baik oleh para aparat desa serta masyarakat Bakalan yang antusias menunggu mahasiswa di dermaga.

 

Dalam sambutannya, Kepala Desa mengatakan bahwa, masyarakat Desa Bakalan sangat mengapresiasi kedatangan mahasiswa dalam melakukan penelitian Bahasa Banggai di desa ini. Dengan penelitian tersebut, diharapkan  agar Bahasa Banggai tetap terjaga dan dapat dilestarikan, walaupun sebenarnya telah banyak anak-anak dan pemuda Desa Bakalan yang sudah jarang berkomunikasi menggunakan bahasa banggai .

perjalanan menuju Desa Bakalan harus menempuh jalur laut

Kegiatan penelitian tersebut menghabiskan waktu selama delapan hari. Untuk menuju Desa Bakalan membutuhkan waktu sekitar 20 jam naik mobil, 3 jam naik kapal cepat dan 25 menit naik kapal kayu hingga tiba di Desa Bakalan tersebut. Expedisi ini membuka cakrawala berpikir para mahasiswa yang melakukan penelitian untuk melihat secara langsung kondisi masyarakat yang bermukim di kepualauan yang sangat minim akan fasilitas dan insfrastuktur yang memadai. Listrik menjadi salah satu masalah yang ada di desa bakalan tersebut.

Tak hanya melakukan penelitian Bahasa, mereka juga membantu masyarakat setempat dalam mengolah karang-karang kecil yang menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat disana. Karang-karang tersebut dijadikan sebagai perhiasan rumah atau pernak-pernik yang dapat dijual. Selain itu, para mahasiswa juga di tempatkan di rumah-rumah warga untuk tinggal selama lima hari. Tujuannya agar mereka tahu seperti apa aktivitas masyarakat Bakalan dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya .

Ekspedisi ini memberi pelajaran dan kesan yang begitu dalam bagi Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Untad. Tidak hanya pelajaran hidup, tapi juga suasana dan keramahan penduduk membuat mereka merasa ada di kampung sendiri.

kebersamaan mahasiswa dan masyarakat Desa Bakalan

“Expedisi ini telah menyadarkan kami untuk terus berkarya dan bermanfaat bagi negara dan masyarakat di seluruh pelosok negeri. Kami juga sadar untuk memanfaatkan listrik sebaik mungkin, karena telah melihat bagaimana kondisi masyarakat bakalan yang hidup betul-betul minim listrik. Desa bakalan telah mengajarkan banyak hal kepada saya. Dan membuat saya dan kawan-kawan merasa tak ingin pulang. Kami mengganggap masyarakat Desa Bakalan adalah keluarga dan Bapak Ibu kandung kami sendiri. Desa Bakalan sudah seperti jadi kampung sendiri” ujar salah satu mahasiswa yang mengikuti ekspedisi ini.

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *