Selamat! Akhirnya Untad “Gigit Jari” di PIMNAS Tahun Ini!

Apresiasi tertinggi rasanya perlu diberikan kepada kampus kita tercinta, karena berhasil menorehkan prestasi luar biasa di tahun ini. Prestasi tersebut ialah gagalnya kampus Untad mendelegasikan mahasiswanya dalam ajang keilmiah terbesar Republik ini, PIMNAS atau Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional.

Prestasi ini bukan sesuatu yang mengagetkan, sebab tren Untad di ajang PIMNAS setiap tahun memang selalu mengalami penurunan. Bila di tahun 2014 Untad berhasil meloloskan 4 tim maka tahun ini Untad harus puas menjadi penonton sambil gigit jari!

Setahun yang lalu ketika penulis mencoba mengutarakan keresahan yang sama (anda bisa membaca tulisan saya DISINI), rasanya ada harapan bahwa Untad tahun ini akan baik-baik saja. Sebab Rektor Untad langsung membentuk tim yang bertugas menangani persoalan-persoalan PKM dan PIMNAS mahasiswa. Namun nyatanya pembentukan tim tersebut tak mampu menggenjot prestasi Untad menjadi lebih baik. Sebaliknya malah berhasil menghapus nama Untad dalam daftar peserta PIMNAS 30 tahun ini.

Penulis tentu tak ingin mengatakan bahwa tim tersebut gagal, atau kebijakan Rektor nampaknya kurang berhasil. Namun rasanya ada yang perlu dibenahi dalam diri kampus kita, masihkah kita memandang PIMNAS sebagai sebuah pencapaian yang harus dituju? Karena bila niat itu ternyata tak tertanam dalam diri kita, maka segala usaha dan strategi yang dibuat hanya akan berakhir sebagai formalitas belaka.

Bagi penulis ajang PIMNAS adalah HARGA DIRI sebuah Perguruan Tinggi. Bila perguruan tingi tersebut ternyata tak mampu meloloskan mahasiswanya ke ajang ini, harusnya kita sebagai institusi wajib malu. Sebab di PIMNAS adalah ajang pembuktian diri seberapa cerdas dan intelektualkah mahasiswa kita. Seberapa kreatif dan inovatifkah mahasiswa kita. Bila dibandingan dengan mahasiswa perguruan tinggi lainnya di seluruh Indonesia.

Apalah arti memiliki gedung perkuliahan yang bagus, taman yang indah, fasilitas yang memadai, bila ternyata tak mampu menghasilkan mahasiswa atau lulusan yang berdaya saing? Kita berada di era dimana gengsi perguruan tinggi bukan dinilai dari seberapa megah gedung perkuliahan dibangun, namun dari seberapa banyak penemuan dan penelitian yang dihasilkan oleh dosen dan mahasiswanya.

Maka, sebagai kampus terbaik di kawasan Indonesia Timur versi 4icu per Juli tahun ini, Untad MUTLAK wajib berbenah. Serius menangani persoalan ini dengan program, target, sasaran dan capaian yang efektif.

Mari belajar dari IPB, ITS dan UGM dimana mahasiswa barunya disambut dengan ucapan “Selamat Datang Calon Kontigen/Juara PIMNAS” bukan dengan teriakan intimidasi “goblok“, “botak“, “jalan jongkok“, “push-up“, dll sebagaimana yang sering kita teriakan kepada mahasiswa baru kita.

Mari belajar dari UNG, UPI, UNS dimana mahasiswa-mahasiswa penerima beasiswa WAJIB membuat proposal PKM. Kenapa kita tak berani mencoba? Bukankah sebagai mahasiswa penerima beasiswa wajib menyumbangkan prestasi buat kampus kita?

Mari pula belajar dari UNDIP dimana riset PKM dapat menjadi penggati skripsi. Atau UNS dimana PKM menjadi salah satu mata kuliah wajib yang mesti diambil oleh mahasiswa. Ataupun bila terlalu jauh membandingkan dengan mereka, marilah kita belajar dari UHO, UNHAS, dan UMI. Dimana ketiga kampus tersebut meski sama-sama berada dalam satu kawasan dengan kampus kita namun mereka sukses mengisi bahkan menjadi tuan rumah peserta PIMNAS.

Sesungguhnya ada banyak strategi yang belum pernah kita coba. Bila niat dan kesungguhan kita benar-benar tertanam di dalam dada, saya yakin dan percaya ditahun-tahun mendatang Untad bisa jadi juara. Namun perlu di ingat, bahwa PIMNAS adalah prestasi kolektif perguruan tinggi. Mustahil kita bisa lolos atau bahkan menjadi juara bila keinginan itu hanya sebatas keinginan segelintir dosen atau mahasiswa saja. Keinginan tersebut harus diwujudkan dengan berbagai kebijakan yang mendukung tumbuh-kembangnya suasana keilmiahan di kampus kita. Dosen, mahasiswa dan seluruh elemen pimpinan perguruan tinggi harus bersatu padu mengupayakan hal ini terjadi. Menjadikan PIMNAS sebagai mimpi bersama. 

Bila tidak, maka kita harus berbesar hati. Mungkin tahun depan Untad akan gigit jari kembali.

Satrio Amrullah

Alumni PIMNAS 27

AnakUntad.com adalah media warga. Setiap warga kampus Untad bebas menulis dan menerbitkan tulisannya. Tanggung jawab tulisan menjadi tanggung jawab penulisnya


Diterbitkan

dalam

oleh

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *