Senin (21/3) sore, kurang lebih 20 orang masyarakat Tondo datang ke Rektorat Universitas Tadulako (Untad). Kedatangan itu untuk menemui langsung Rektor Untad, Prof Dr Ir Muhammad Basir Cyio SE MS guna menyampaikan tuntutan.
Namun, karena Rektor Untad sedang berada dalam kegiatan International Symposium on Medical and Health Profession dan mendampingi Dirjen Sumber Daya dan IPTEK Kemenristek Dikti, perwakilan masyarakat itu ditemui langsung oleh Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Pengawasan, dan Penjaminan Mutu, Prof Ir Andi Lagaligo MSc Ag PhD, di Lantai I Rektorat Untad.
Pak Endang, tokoh masyarakat Tondo menyampaikan bahwa kedatangan mereka ke kampus Untad untuk memastikan kesepakatan damai yang telah disepakati dan ditandatangani antara mahasiswa dengan masyarakat dan security pada 16 Maret lalu berjalan sesuai dengan isi perjanjian.
“Namun, setelah tanggal 16 (Maret, red) itu kami memantau dan melihat, baik secara langsung, di media cetak dan elektronik, dan media sosial masih banyak pihak yang memprovokasi masalah ini, termasuk pula saudara Freddy Onora yang telah terpilih sebagai Wakil Presiden Mahasiswa. Ini maksudnya apa? Seolah kami merasa dikhianati,” ujar Pak Endang.
Lebih lanjut, di hadapan Prof Andi Lagaligo, Pak Endang mewakili masyarakat Tondo menyampaikan tujuh butir tuntutan, yaitu:
Pimpinan universitas tadulako jangan sekali-kali melantik wapres mahasiswa yang terpilih bernama Freddy Onora, yang selama ini menjadi salah satu oknum dalang provokator, baik secara langsung maupun di media sosial yang menginginkan adanya terus kekisruhan di kampus dengan tujuan-tujuan adu domba.
Kami minta pimpinan universitas tadulako menjaga kondisi kondusif kampus karena kami telah menjadi kampus untuk mengais rezeki, baik untuk berjualan maupun sebagai ojek sehingga jika kampus tidak aman, itu sama saja dengan sengaja menghilangkan kehidupan kami sehari-hari.
Kami minta agar oknum-oknum yang mengatasnamakan aliansi mahasiswa untuk tidak bersembunyi di balik layar agar kami bisa ketahui siapa kalian, termasuk provokator yang mengaku sebagai alumni. Bagi yang merasa sebagai alumni, kalian bukan lagi warga untad sehingga kami minta jangan kotori tempat kami mencari rezeki dengan cara provokasi dan cara-cara kotor lainnya.
Kami minta pihak-pihak lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah ini untuk tidak jadi pahlawan di siang bolong, siapapun kalian termasuk oknum yang mengaku sebagai pengacara.
Perlu kami tegaskan, rektor universitas tadulako merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keluarga besar warga masyarakat tondo. Oleh karena itu, jika ada yang memprovokasi situasi ini untuk memperkeruh suasana dan menyakiti rektor universitas tadulako, itu sama saja dengan menyakiti hati wagra masyarakat tondo.
Jika di saat kami mengharapkan kedamaian dan kenyamanan mencari rezeki tetapi kalian masih juga terus menebar provokasi di media, maka kami tidak akan tinggal diam, kami akan menempuh jalur sesuai dengan yang kami yakini benar.
Kami memohon agar pihak polda sulawesi tengah untuk menindak oknum provokator yang ingin mencari keuntungan dengan cara-cara kotor dan propaganda.
Usai membacakan tuntutan, Pak Endang kembali menegaskan bahwa kedatangan mereka ke kampus Untad semata-mata sebagai bentuk perhatian dan kekecewaan karena seolah belum ada itikad untuk berdamai.
“Jadi kami mohon mari sama-sama menjaga perdamaian ini. Jangan lagi ada provokasi-provokasi yang dapat menciderai perdamaian itu. Kami siap menjaga kedamaian bersama adik-adik mahasiswa yang telah kami anggap sebagai keluarga kami,” jelasnya. (Sumber: untad.ac.id)