SUDAH KUBILANG, KAMPUSKU (TAK) AMAN LAGI

Apabila saya bertanya kepada 30 ribu lebih mahasiswa di kampus SUDAH AMANKAH KAMPUS KITA.? Meskipun ini asumsi saya dan karena tak mungkin kulakukan riset dengan informan sebegitu banyak tapi saya percaya sebagian besar akan menjawab TIDAK,
T_I_D_A_A__K!

Ini pendapat saya dan sebagian besar teman teman saya yang menempuh ilmu di kampus terbesar di Sulawesi Tengah ini saya berpandangan keamanan kampus kini benar-benar dramatis memliki alur cerita yang tak kalah menarik dari sinetron-sinetron yang ada di layar TV, kita telah menjadi saksi hidup dari rentetan peristiwa yang bersinggungan dengan keamanan dan kenyamanan didalam kampus, sudah terlalu banyak cerita, sudah terlalu banyak kisah, juga mungkin sudah terlalu banyak korban, dari banyaknya peristiwa-peristiwa yang membuat kita harusnya belajar, tapi ternyata tidak kerena masih terulang dan terulang kembali, peristiwa-peristiwa yang harusnya tidak terjadi dan berulang di dalam kampus karena (mungkin) sudah memiliki standarisasi pengamanan, tp realitanya menjadi terbalik justru masyarkat kampus yang kemudian merasakan kehilangan rasa aman dan ketidaknyamanan itu, peristiwa 7 maret 2016 kemarin tak (BOLEH) lagi menjadi pelajaran, peristiwa itu harus menjadi YANG TERAKHIR DARI BURUKNYA SISTEM PENGAMANAN KAMPUS. masih teringat jelas di tahun 2011 peristiwa serupa juga terjadi, PENYERANGAN dilakukan segerombolan massa membabi buta memukuli mahasiswa serta merusak alat-alat kelengkapan kesekretaritan lembaga kemahasiswaan di fakultas teknik, dan pada akhirnya berakhir dengan damai, tapi entahlah damai yang seperti apa yang dimaksud pada waktu itu, sebenarnya masih tersimpan dibenakku tentang keganjalan pada peristiwa beberapa tahun silam itu ketika pagi dimana hari peristiwa itu pecah, setiap mahasiswa atau siapapun yang akan masuk kedalam kampus diperiksa barang bawaanya oleh Satuan Pengamanan Kampus, saya berkesimpulan pada waktu itu mereka sedang SIAGA kerena hari sebelumnya memang terjadi perselisihan antara dua fakultas, tp ketika matahari persis diatas ubun ubun segermbolan massa (bukan mahasiswa) masuk dengan bebas kedalam kampus melakukan penyerangan secara membabi buta di fakultas teknik, pertanyaan sederhana kemudian muncul, KEMANA Satuan Pengamanan Kampus Pada waktu itu .? (padahal sedang siaga)
ayo kemana?

Tulisan ini bukan memprovokasi kembali suasana yang sudah (terlihat) kondusif berkat pertemuan beberapa pihak yang terlibat di fasilitasi oleh birokrasi kampus, tapi hanya sedikit merefleksi dari banyaknya peristiwa yang runtut ini, dimulai dari perselisihan antara beberapa mahasiswa dengan SATPAM yang diduga melanggar Aturan Jam Malam Dikampus, demonstrasi mahasiswa tentang penolakan tindakan yang dilakukan oleh Satpam, hingga pak rektor dikirimi surat terbuka untuk menyelesaikan perselisihan antara mahasiswa dan satpam terkait jammalam di kampus dan pak rektor menjawab seakan semua permasalahan tersebut sudah terselesaikan, ok baik terselesaikan..

Tapi tidak, hampir satu bulan dari saya membaca surat terbuka tersebut, peristiwa memilukan kembali pecah di kampus bumi tadulako tercinta, peristwa tahun 2011 kini terulang kembali,
darah mengalir air mataapun mnetas salah satu fakultas yang paling sering membawa harum nama tadulako di kanca nasional kini di obrak oobrik, siapa yang menjadi provokator, bagi saya masyrakat yang melakukan penyerangan hanyalah korban provokasi, sekali lagi hanyalah korban provokasi.
kalian pasti bertanya kemana satuan pengamanan kampus yang pada waktu itu sedang bertugas,

beberapa hari dari kejadian tersebut, birokrasi melakukan mediasi terhdap masyrakat dan mahasiswa yang membuahkan perdamaian, serta salah satu korban yang pada waktu itu masih belum tersadarkan dan akan di rujuk ke Jakarta, dan seluruh pembiayaan pengobatan akan ditanggung oleh kampus, lalu masalah terselesaiakn,tidak. kenapa?
drama dilanjutkan dengan adanya kelompok masyrakat melakukan tuntutan kepada rektor untuk tidak melantik wakil Presma terpilih, Ada apa gerangan?

Kini salah satu akun paling vokal dalam mengawal dan mengkritisi persoalan ini, kini sudah lenyap semua postingan yang vokal juga telah terhapus, apakah ini bagian dari sekenario,

SUDAH KUBILANG
KAMPUSKU (TAK) AMAN LAGI.
Debi Ahyard Rinaldi.


Diterbitkan

dalam

oleh