Kesatria Gila Antara Arsuf dan London

Sebagian kita yang hidup hari ini mungkin masih bingung dengan kejadian di Arsuf lebih dari 800 tahun yang lalu. Ketika itu Yusuf bin Najmuddin al-Ayyubi atau lebih dikenal dengan nama Salahuddin al Ayyubi mengirim buah-buahan untuk Richard yang menderita sakit demam. Richard tak lain adalah Raja Inggris yang menjadi komandan tentara Salib untuk merebut kembali Jerusalem.

Kegalauan kita mungkin akan bertambah berat saat pria yang dikenal luas di dataran Eropa dengan nama Saladin ini kembali mengirim kuda khusus untuk Richard. Kuda itu dikirim untuk menggantikan kuda Richard gugur terkena panah.

Kedua orang ini memang agak gila menurut ukuran kita saat ini namun “kegilaan” ini punya istilah sendiri bagi mereka yang hidup di abad pertengahan. Kata itu adalah Kesatria. Kita terima atau tidak, dua kesatria inilah yang menjadi tokoh sentral perang Salib jilid tiga. Bahkan dalam game Stronghold Crusader yang sempat jadi candu bagi saya, Saladin dan Richard digambarkan sebagai komandan pemberani dan bijak.

Dalam catatan sejarah Rachard dikenal sebagai pemimpin gagah berani yang tidak mundur meski saat mendarat di pantai Acre atau Akko telah dihadang ribuan pasukan Saladin.

Setelah menguasai Acre, Richard melanjutkan perjalanannya menyusuri pantai menuju Jaffa. Dalam perjalanan ini kedua belah pihak beberapa kali terlibat pertempuran kecil hingga akhirnya pertempuran sesuangguhnya terjadi di Arsuf awal September 1191. Beberapa sejarawan mencatat Richard memenangkan pertempuran ini dan untuk beberapa saat kota Jaffa berada dalam kekuasaan tentara Salib. Tak lama berselang Richard harus kembali ke Inggris karena konflik internal kerajaan. Sebelum kembali Saladin dan Richard mengadakan perjanjian damai.

Kembalinya Richard ke Inggris menandai berakhirnya perang Salib jilid tiga. Richard memang tidak pernah memasuki Jerusalem, namun bagi Saladin, Richard tetaplah orang “gila” yang tangguh dan patut diberi penghormatan. Begitupun sebaliknya, nama Saladin menyebar luas di Eropa sebagai seorang pemimpin “gila”, tangguh dan kharismatik.

Lebih 800 tahun sudah pertempuran “gila” itu selesai. Hari ini dunia Islam mencatat nama Salahuddin al Ayyubi dengan tinta emas. Dan Eropa tak akan pernah melupakan seorang bernama Richard yang lahir di Inggris tapi menghabiskan sebagian besar waktunya di Prancis.

Hari ini dunia tidaklah sama dengan abad pertengahan. Beberapa konflik masih berlangsung di Timur Tengah namun aroma politik minyak begitu menyengat. Palestina belum sepenuhnya menghirup udara damai. Selain Palestina pertempuran berbau politik senjata dan politik minyak juga menyebar secara sporadis di beberapa wilayah di Timur Tengah. Saladin dan Richard kemungkinan akan tertawa melihat kenyataan ini. Mungkin inilah pertempuran “waras” ala abad modern. Pertempuran yang jauh dari aroma “gila” abad pertengahan.

Namun ada hal lain yang mungkin diluar dugaan kedua tokoh gila tadi. Eropa hari ini menjadi tanah yang subur bagi Islam untuk tumbuh berkembang. Dan yang lebih mengejutkan lagi tanggal 6 Mei 2016 lalu, London memilih seorang bernama Sadiq Khan sebagai Walikota pertama sepanjang sejarah yang beragama Islam. Ini benar-benar “gila”

Jarak lurus antara London dengan Oxfordshire kota kelahiran Richard hanya sekitar 82-an kilometer dan jarak hari ini dengan pertempuran Arsuf sekitar 820-an tahun, namun hari ini kita menyaksikan di Londonlah “kegilaan” itu kembali terjadi. Dan baik Saladin maupun Richard akan terbahak-bahak, mereka mungkin bersedia duduk semeja menyaksikan “pertempuran” di London ketimbang di Suriah yang penuh dengan intrik politik kotor dari negara Adidaya.

Ya meski pun Suriah adalah tempat Saladin tumbuh besar. Ironis memang.

___
Palu, 19 Mei 2016


Diterbitkan

dalam

oleh