Rasanya, kalau kita bicara soal lebaran, satu topik paling dekat untuk dibahas adalah Belanja Pakaian Baru. Lantaran topik yang satu ini, tiap tahunnya selalu saja terjadi perubahan situasi di Lingkungan Kota, terkhusus mendekati Hari Raya Lebaran. “Makin dekat hari lebaran, maka makin berubah pula situasi lingkungan yang ada”.
Misalnya, jalanan kota akan semakin padat, pertokoan atau tempat-tempat penjualan pakaian seperti Distro, Butik, akan dipadati banyak orang. Bahkan, terlihat banyak sekali Pasar dadakan dipinggir jalan, biasanya di depan ruko atau dibeberapa tanah kosong, padahal waktu-waktu sebelumnya selalu sepi. Bahkan ada beberapa yang berjualan sampai di Trotoar.
Dalam momentum lebaran, membeli pakaian baru seakan menjadi hal yang wajib. Tidak adanya aktifitas itu, maka lebaran seakan kurang sempurna, begitu persepsi sebagian orang. Sayangnya, meskipun memiliki keinginan kuat, tidak semua orang bisa melakukan aktifitas ini, banyak karena persoalan ekonomi. Jangankan beli Pakaian baru, menyediakan kue untuk menyambut tamu lebaran saja mungkin ada yang kesulitan.
Menurut saya, berburu Pakaian Baru bukanlah hal yang terkesan harus dilakukan. Setidaknya saya melihat, ada Tiga sudut pandang yang bisa menjadi kesamaan persepsi kita soal hal ini.
Sudut Pandang Pertama – Dilihat dari tujuan membeli Pakaian Baru
Kalau tujuannya memang benar-benar agar bisa berhias diri di Momentum Hari Raya Lebaran, itu sah-sah saja dan tidak perlu dipermasalahkan.
Kelirunya, jangan sampai tujuan untuk membeli Pakaian baru tersebut justru ditujuan untuk Pamer ke orang lain, apalagi sampai menimbulkan rasa sombong. Semoga kita dijauhkan dari hal tersebut.
Sudut Pandang Kedua – Dilihat dari Segi Kemampuan Ekonomi
Nah, ini alasan kuat kenapa saya menulis soal ini.
Banyak dari sebagian orang, cenderung memaksakan untuk berbelanja Pakaian baru, meskipun dengan kemampuan Ekonomi yang kekurangan. Alasannya beragam, ada yang karena gengsi pakai Pakaian Lama, iri dengan orang lain yang punya Pakaian Baru, dan alasan-alasan lainnya.
Bahkan, ada yang sampai berhutang agar bisa punya Pakaian Baru, model hutangnya pun bervariasi, ada yang pinjam uang ke orang lain, lalu pergi belanja, ada juga yang langsung hutang pakaian dengan sistem Cicilan. Menurut saya, ini sangat-sangat keliru.
Sudut Pandang Ketiga – Pakaian baru atau Pakaian terbaik?
Saya beranggapan keras bahwa memperhias diri saat lebaran tidak harus dengan Pakaian Baru.
Alasannya sederhana :
Selama masih ada Pakaian Terbaik yang lama, Saya memilih untuk tidak berbelanja Pakaian Baru, agar terhindar dari sifat yang berlebih-lebihan. Namun, tidak berarti saya mempermasalahkan yang berbelanja Pakaian Baru.
Setiap orang punya niatan masing-masing dalam bersikap.
Apa yang diniatkan, itu juga yang didapatkan.
Berbelanja seperlunya, karena ada sebagian dari kita yang makan minumnya pun sangat Kesulitan 😉
AnakUntad.com adalah media warga. Setiap warga kampus Untad bebas menulis dan menerbitkan tulisannya. Tanggung jawab tulisan menjadi tanggung jawab penulisnya |
Tinggalkan Balasan