Tidak bisa dipungkiri, selain tuntutan masih harus membayar biaya kuliah, satu beban Mahasiswa tingkat akhir yang paling mengesalkan adalah ketika ditanya Kapan Wisuda ?
Hal ini sebenarnya biasa-biasa jika pertanyaan itu muncul sesekali, kita anggap saja sebagai alarm pengingat. Tapi nampaknya, pertanyaan ini makin sering ditanyakan seiring berjalannya lama waktu kuliah, belum lagi kalau yang bertanya adalah calon mertua (upsss).
Sayangnya, kita sama sekali tidak bisa mengontrol apa yang ingin orang lain tanyakan ke kita. Rasanya yang bisa kita lakukan hanyalah memberikan jawaban yang elegan.
Berikut penulis sajikan beberapa Jawaban yang bisa teman-teman Praktekkan saat pertanyaan mengesalkan itu muncul.
-
Beri pengertian bahwa Wisuda bukanlah ajang balapan
Wisuda bukanlah akhir yang sebenarnya dari masalah. Justru, tanggung jawab setelah wisuda semakin besar dibanding sebelumnya. Kita harus bertanggung jawab dengan diri kita sendiri (yang sudah berstatus pengangguran). Kita harus bertanggung jawab dengan ilmu yang sudah kita dapatkan. Kita harus bertanggung jawab dengan semua usaha orang tua yang sudah berhasil membiayai kita sampai selesai. Belum lagi dunia per-karlota-an akan semakin meraja lela jika kita belum dapat pekerjaan setelah wisuda.
Jangan sangka setelah wisuda kita akan bebas dari pertanyaan mengesalkan. Ada satu lagi pertanyaan mengesalkan yang akan kamu hadapi, yaitu pertanyaan “Kapan nikah ?”
-
Pakai analogi Mie Instan
Wisuda adalah salah satu momen penting dalam hidup, karena disana ada kebanggan Orang Tua. Karena ini momen yang sangat penting, maka seharusnya kita harus mempersiapkannya dengan matang.
Wisuda adalah momen yang sakral. Sangat disayangkan sekali jika momen sakral ini hanya kita siapkan seperti Mie Instan, makanan yang hanya diseduh selama 5 menit. Sama seperti jika kita ingin menikmati makanan yang istimewa, maka seharusnya makanan tersebut dimasak dengan perhitungan yang baik, sehingga bisa menghasilkan rasa yang terbaik dan berkualitas. Jadi bukan persoalan lama atau tidak, yang diperhitungkan adalah waktunya tepat atau tidak. Burasa saja butuh waktu yang lama untuk bisa menghasilkan rasa yang nikmat.
-
Ada prioritas lain yang harus diselesaikan lebih dulu
Setiap Mahasiswa punya masing-masing aktivitas yang berbeda, makanya tidak diperbolehkan memvonis rata ke semuanya tentang persoalan masa waktu studi. Ada urutan prioritas yang harus diselesaikan satu per satu, yang rasanya tidak perlu dijelaskan secara rinci ke semua orang.
-
Meskipun terkesan lambat, tidak ada waktu yang sia-sia
Hidup ini tidak ada yang sia-sia. Makin banyak pengalaman, maka makin banyak pula pelajaran yang kita dapatkan. Tidak ada namanya waktu yang terbuang saat semuanya diniatkan dan dijalani dengan baik.
.
.
.
AnakUntad.com adalah media warga. Setiap warga kampus Untad bebas menulis dan menerbitkan tulisannya. Tanggung jawab tulisan menjadi tanggung jawab penulisnya |
Tinggalkan Balasan