Palu Bangkit : Trauma Penikmat Senja

Hampir 4 jam sudah waktu berlalu sejak presentase dimulai, dan pada pukul 11.00 tepat kami pun meninggalkan gedung kuliah tamu.

Satu jam sebelum aku pergi ke mesjid untuk sholat jum’at, aku mampir di kos teman kelasku Rossa, bersama dengan Andre, Lia, Ratu dan juga Hilda. Kami ber enam memasak mie instan untuk dimakan bersama. Setelah makan, Andre pun mulai ngantuk, ia menguap dan bersendawah pada waktu bersamaan. Akupun ikut menguap, aku tak tau apakah ini uapan lanjutan dari saat kuliah tamu tadi atau mungkin tubuhku memang gampang tertular penyakit menguap. Aku dan Andre pun tertidur pulas..

Setengah jam berlalu..,

Baru saja aku mulai bermimpi kembali ke masa SMAku yang indah, Hilda membangunkanku dari tidur

“Wee, Diki!! Sudah adzan, bangun jo!” lalu ia lanjut membangunkan Andre

“We, pulang jo Andre! Dicari tantemu nanti kau, jangan tidur terus”

Aku dan Andre pun terbangun sambil mengusap mata.,

“Astaga sudah pagi ini dan, marijo kekampus kita” gurau Andre pada kami berlima
Akupun bergegas menuju ke masjid, sedangkan Andre yang berbeda agama denganku langsung pulang menuju kerumah tantenya. Sesudahnya dari sholat jum’at akupun langsung pulang untuk melanjutkan mimpi indahku yang terganggu tadi. Namun sayangnya selama aku tidur mimpi itu tak berlanjut.

Aku terbangun pukul 5 sore, sama seperti kebanyakan anak 2000 an lainnya, benda pertama yang kuambil sedari bangun dari tidur adalah hp. Bukan aplikasi Instagram atau Whatsapp yang ku buka, melainkan game moba terlaris tahun ini.

Bosan dalam kamar, akupun bermain hp keluar rumah dan duduk didepan teras. Sejenak aku menatap langit.., Entah hanya perasaanku saja, atau langit memang terlihat sangat terang saat itu. Padahal sudah hampir pukul 18.00.

Tak seperti biasanya, warna orange di langit saat itu sangat indah tuk dipandang. Tak mau menyia-nyiakan langit indah sore itu, aku berpikir “mungkin akan lebih nikmat duduk disini sehabis mandi, gerah nih” dan akupun langsung menuju kekamar mandi.

Ketika hendak membuka pintu kamar mandi, aku mengira kepalaku pusing karena kebanyakan tidur dan main game, ternyata tidak, itu adalah getaran akibat geseran lempeng. Gempa berkekuatan 7,4 SR mengguncang kota palu, datang tiba tiba bak balon meletus. Dengan perasaan kaget, aku beristigfar dan meneriakkan takbir “Allahu Akbar” sambil berlari kedepan rumah. Ramai kulihat orang berlari luntang lantung.

Berlari dengan pikiran kacau balau, akhirnya aku bertemu dengan ayah dan ibuku didepan gang yang hendak kembali kerumah dari pasar. Kamipun, pergi ke tanah lapang yang berada tak jauh dari rumah. Namun pikiranku belum sepenuhnya tenang, karena kakakku Riyan masih belum pulang. Sebelumnya ia berpamitan untuk pergi ke Danau Tambing bersama teman kampusnya.

Baca Juga : Senjaku Direnggut Oleh Bencana

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *