Palu Bangkit : Trauma Penikmat Senja

Pengganti Senja

“Kiii, ojo mangan mie kuah tok awakmu, gak apik iku le” teriak ibuku saat melihatku yang lagi lagi memakan mie kuah. Saat itu bukan sore, melainkan malam.., dan kami sudah berada dirumah kami kembali. Bukan karena aku sudah menjadi maniak mie instan, tapi malam itu langit menurunkan air titipan Tuhan bersama dengan angin yang lumayan membuatku menggigil. Pikirku sangat tepat rasanya apabila menerima rahmat tuhan ini sambil ditemani dengan semangkuk mie kuah rasa soto.

Tentram rasanya malam itu, listrik sudah mengalir menyalakan lampu, ada kasur yang siap untuk ditempati tidur, dan tentunya ada mie kuah yang menemani malam dinginku kala itu.

Hari hari berlalu meninggalkan masa suram pasca gempa september kemarin, beberapa aktifitas masyarakat mulai kembali seperti biasa, seperti jual beli, kegiatan belajar mengajar beberapa sekolah, SPBU yang kembali ber operasi, warnet game kembali ramai, dll. Hanya saja, kegiatan belajar mengajar dikampusku belum kembali seperti biasa dikarenakan beberapa hal. Namun kami mendapatkan tugas membuat resume yang lumayan banyak, beberapa temanku mengeluhkannya karena katanya tugas itu terlalu banyak.

“ah, parah leh, sudah kena musibah begini, masih juga dikasih tugas segudang” kata temanku Andre melalui obrolan via Whatsapp
“sudahlah, kerjakan saja semampunya” ujarku.

Sabtu, 14 oktober.., hari dimana banyak berita di media sosial tentang pemerintah yang katanya tak becus dalam memimpin kota palu, mulai dari hujatan

“dasar pemimpin pemuja setan” ,

“dasar walikota tidak becus! Kemana saja kau selama kami menderita di pengungsian”
Atau hujatan lainnya yang meneriaki dan memaki pemimpin kota ini. Namun tak sedikit juga yang membela.

Ada sebuah berita yang sedikit membuatku tertawa saat itu, yaitu tentang bencana gempa kemarin yang katanya adalah salah pemerintah. aku hanya berkomentar dalam hati
“kenapa ngehujatnya baru sekarang? , memangnya musibah ini datang karena kesalahan satu orang? , hahaa. Tuhan tidak akan seperti itu, aku percaya bahwa Allah tidak akan menurunkan suatu musibah pada suatu negeri hanya karena kesalahan satu atau dua orang”

Bukannya berpihak pada pemerintah. Aku tak tahu menahu soal pemerintahan yang entah sudah apik atau tak becus dalam melaksanakan tugasnya. Hanya saja, menurutku pendapatku cukup logis untuk dicerna orang orang berakal. “Masa iya bencana itu salah pemerintah” .

Masa bodoh, saat ini aku lebih memilih menyeduh mie kuahku daripada ikut teriak ber koar koar dalam media sosial. Saat ini aku hanya berharap, mie kuah yang ku seduh dapat menenangkan pikiranku dari kejadian menakutkan september silam.

Aku berharap, setelah beberapa mie yang kuseduh nanti, aku tak takut lagi ketika senja datang. Mungkin sekarang aku masih takut menikmati langit sore tanpa mie seduh, tapi aku percaya, saat kota ini kembali pulih dengan bangunan yang kembali rapih atau pantai yang kembali bersih, aku tidak akan takut lagi saat senja tiba. Ayo bangun kembali kota ini, masyarakat kota ini kuat untuk bangun dan membangun.

 

AnakUntad.com adalah media warga. Setiap warga kampus Untad bebas menulis dan menerbitkan tulisannya. Tanggung jawab tulisan menjadi tanggung jawab penulisnya

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *