“Kita terus membahas hal yang sama tiap Tahunnya”
Kalau di pikir-pikir, rasanya Lembaga Kemahasiswaan di Kampus kita hanya begini-begini saja tanpa ada perkembangan yang signifikan. Kita terus membahas hal yang sama tiap tahunnya. Misal, tiap tahun kita bicara tentang izin kegiatan, aturan jam malam, fasilitas, atau masalah lokakarya anggaran, dan masalah lain yang seakan terus jadi perdebatan tiap tahun.
Beberapa kali saya mengunjungi kampus lain di Pulau Jawa, jujur terasa sekali perbedaannya, terutama suasana kegiatan kemahasiswaan yang ada disana, di Univ Neg Yogyakarta misalnya.
Saya melihat dengan persis bagaimana kegiatan kemahasiswaan di Univ Neg. Yogyakarta saat Malam Hari. Beragam kegiatan berjalan di Student Center UNY (Sekretariat). Kelihatan sekali bagaimana bebasnya Ekspresi Mahasiswa disana, bebasnya Mahasiswa ber-Inovasi disana, bebasnya Mahasiswa beraktifitas dengan tertib dan nyaman disana.
Wajar saja menurut saya kalau UNY masuk dalam 10 besar penyumbang proposal terbanyak dalam event Program Kreatifitas Mahasiswa.
Bagaimana di Kampus Kita sendiri?
Mari kita bicara soal Fasilitas Kegiatan Kemahasiswaan.
Satu hal paling unik menurut saya.
Sebagian besar Lembaga Mahasiswa di Untad punya program Olahraga dan Seni. Tapi setiap ada Lomba Futsal, pertadingannnya selalu saja di luar kampus, dan pastinya harus membayar sewa lapangan.
Disini kita sadar, dengan kampus sebesar Untad, ternyata kita tidak punya Lapangan Futsal untuk Kegiatan Olahraga Mahasiswa. Itu baru lapangan futsal, belum fasilitas olahraga yang lain, jadi jangan heran kalau kita jarang menemukan kegiatan olahraga di Kampus Kita.
Satu lagi, kegiatan seni.
Lembaga Seni di Untad pun setiap melaksanakan Pentas Seni, pasti dilaksanakan diluar kampus. Ada mungkin beberapa yang tetap melaksanakan kegiatannya didalam kampus, sayangnya, tetap saja menyewa panggung sekaligus tenda sebagai fasilitas.
Lagi-lagi kita sadar, dengan Gedung Auditorium Baru sebesar yang Untad punya, kita tidak punya fasilitas pentas seni dalam kampus.
Apalagi kira-kira? Mari kita coba refleksi sama-sama.
Satu lagi, Aktifitas Jam Malam.
Rasanya, waktu juga merupakan fasilitas utama untuk beraktifitas dalam kegiatan kemahasiswaan.
Proses akademik yang semakin padat, seakan Mahasiswa jadi membutuhkan waktu tambahan dalam berkegiatan. Di FKIP Misalnya, Jam masuk paling pagi adalah pukul 07.30 Wita, sedangkan Jam keluar paling akhir adalah 17.30 Wita.
Lalu Pertanyaannya ?
Kapan kita beraktifitas dilembaga? kapan kita melingkar untuk berdiskusi? kapan kita berkarya? kapan kita menyusun persiapan program kerja? Jawabannya hanya satu, tambahan waktu pada malam hari.
Apa yang terjadi kalau Jam Malam dibatasi ?
Jelas akhirnya Mahasiswa yang ingin beraktifitas dalam kegiatan kemahasiswaan, akan mempertimbangkan membagi waktu perkuliahan di siang hari.
Lalu bagaimana kita akan bersikap ? Sementara Mahasiswa di tuntut untuk ber- Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Mari coba kita tengok Prestasi UKM Robotech Untad, Hasil Juara Nasional mereka.
Kalau kita coba berkunjung ke sekretariat mereka dan bertanya,, kapan mereka mempersiapkan Robot untuk diikutkan dalam Lomba ? Teman-Teman Pasti akan mendapat Jawaban “Malam Hari”.
Untung saja Sekretariat mereka ada diluar kampus. Saya membayangkan apabila tempat berkarya mereka ada di dalam kampus, dan kampus sendiri membatasi waktu malam bagi Mahasiswa yang beraktifitas, lalu kapan Teman-Teman Robotech mau melahirkan karya ?
Masih banyak lagi sepertinya, tapi sepertinya beberapa hal diatas sudah cukup.
Ganti Topik.
Mari kita bicara tentang Prestasi Untad.
Rasanya, kalau kita mau mengukur prestasi Untad, ukuran yang paling ideal digunakan adalah Data Prestasi kita dalam Program Kreatifitas Mahasiswa, khususnya dalam ajang PIMNAS.
2014 : 4 Tim
2015 : 1 Tim
2016 : 1 Tim
2017 : ZONK (Tidak ada Sama sekali)
Melihat data diatas, sepertinya miris kalau kita membandingkan dengan data Kampus lain yang punya prestasi jauh lebih tinggi dibanding kita.
Kita geser ke Topik lain.
Ini sepertinya yang paling terasa diakhir-akhir ini, Intervensi Lembaga Kemahasiswaan.
Mari kita coba gali satu per satu, apa saja Intervensi Lembaga Kemahasiswaan yang terjadi di Untad sekarang.
Pertama, proses Pemilihan Ketua Lembaga Kemahasiswaan yang mengharuskan untuk diduduki oleh Alumni Pusbang Depsa, sementara hal ini bukanlah kesepakatan dari Lembaga Kemahasiswaan se-Untad.
Baca :
Disiapkan Jadi Pusat Kaderisasi Pimpinan Lembaga Kemahasiswaan, Ini Penjelasan Lengkap tentang Pusbang Depsa
Wajibkan Ketua Lembaga Harus Alumni Depsa, Rektor Untad Tabrak Aturan Berikut
Ada mungkin yang belum dengar kabar, salah satu UKM di Fak Pertanian diminta untuk mengulangi Proses Musyawarah Besar yang sudah selesai dilaksanakan, hal ini gara-gara Ketua Baru pada UKM tersebut bukan Alumni dari Pelatihan Pusbang DePSA.
Kedua, proses pergantian dan pemilihan Pimpinan Lembaga Kemahasiswa di Untad yang tidak melewati kesepakatan Mahasiswa, seperti pada kasus Pengkudetaan BEM UNTAD dan beberapa BEM Fakultas di Untad.
Ketiga, sepertinya kita bisa merasakan sendiri kasus-kasus yang terjadi di masing-masing lembaga.
Sampai disini dulu ulasan yang bisa penulis sampaikan, semoga semua Mahasiswa Untad bisa lebih semangat lagi dalam berlembaga.
“Terutama lebih bersemangat dalam ber-Karya”
AnakUntad.com adalah media warga. Setiap warga kampus Untad bebas menulis dan menerbitkan tulisannya. Tanggung jawab tulisan menjadi tanggung jawab penulisnya |
Tinggalkan Balasan