Monster dalam Hidupku

Inilah saat yang dinanti nanti. Saat-saat yang menegangkan bagi kami para praktikan, yaitu Asistensi. Kalau sudah asistensi, maka tidak lama lagi akan praktek. Bagi kami, asisten adalah seorang ‘’Monster’’ yang siap menelan kami hidup-hidup. Karena entah kenapa kebanyakan dari kami banyak yang menakuti asisten dari pada dosen. Padahal, kalau dilihat dari segi jabatan, dosen lebih tinggi.

Ada yang mengatakan ”jika bisa, kami tidak akan ikut praktek”. Praktek? Kedengarannya enak tapi tidak mengenakkan sampai-sampai salah seorang teman kami mengatakan ‘’praktek merenggut masa mudaku’’ seketika semua mahasiswa di kelasku tertawa terpingkal-pingkal. Aku tak tahu mengapa tangan dan jiwa raga ini akan bekerja seperti mesin ketika praktek sudah kami jalani. Malam laporan! Pagi tugas awal! Siang praktek dan kuis!

***

‘’Tek… tek… ‘’ suara mesin ketik terus melaju dengan kecepatan yang tak menentu. ‘’Baribut pagi-pagi’’ kata seorang tetangga kamar yang tak lain adalah sahabat kakakku. Aku merasa bersalah dan juga lega karena tugasku telah terselesaikan meskipun kotor dan kelihatan amburadul, karena ini adalah pengalaman pertamaku menggunakan mesin ketik.

Tiba di kampus. ‘’Sret… sret…’’ laporanku dicoret sana sini. Tulisan yang tadinya sudah diketik berjam-jam kini menjadi sampah yang siap untuk di buang. ‘’Betapa susahnya jadi anak fisika’’ aku membatin. Tapi, aku yakin sesuatu yang sulit untuk didapatkan pasti akan menghasilkan sesuatu yang baik nantinya.

Buk,,, Buk,,, banyak yang tumbang gara-gara capek, tidak makan dan sebagainya. Padahal, kalau dipikir praktek hanya 1 SKS. Kenapa mereka merelakan nyawa hanya karena nilai yang tidak seberapa dengan kehidupan mereka.

‘’Kenapa? Kenapa?’’ tanyaku dengan rasa panik

‘’Tuh,.. temanmu pingsan’’ kata salah seorang temanku

‘’Astagfirullah.. pasti gara-gara bandul sederhana. Siapakah asistennya?’’ cerutuku dalam hati

Begitu banyak korban oleh karena program ini. Kenapa tidak dihentikan? Aku masih bertanya hingga saat ini, apakah penting praktek jika hanya membunuh orang? Si A tipes, si B anemia, si C maag akut. Apakah ini yang dinamakan mendidik? Kenapa harus praktek? Kenapa harus menggunakan mesin ketik? Kenapa ralat begitu banyak?

Kemampuan seseorang berbeda-beda, kenapa harus dipaksakan demikian jika memang tidak bisa. Jika ingin merubah seharusnya dari awal bukannya nanti stadium akhir!

***

Hiks.. hiks.. kali ini aku yang menjadi kekejaman praktek ini. ”Siang-siang Baribut! ba ketik diluar sana” bentak tetangga kamarku. Pagi dilarang, malam dilarang, siang juga demikian. Lantas bagaimana tugasku akan selesai jika terus tidak diizinkan? Aku pun keluar lalu mengetik satu persatu kertas yang ingin aku isi dengan ilmu yang sudah aku pelajari selama 1 semester. Dengan air mata aku terus mengetik, hingga akhirnya tugas itu selesai.

Debu, teriknya matahari di halaman kost-kostanku mungkin telah menjadi saksi atas perjuanganku ini. Kelak, ini yang akan menjadi cerita ketika ku sukses nanti 🙂

**Jalani apa yang bisa dijalani, jika tidak tetaplah berjalan di jalur yang lain. Tapi, yakinlah setiap jalan pasti ada batu yang akan membuatmu jatuh dan itulah warna dalam hidup ini”


Diterbitkan

dalam

oleh

Tags:

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *