The Da Vinci Code: Permainan Menemukan Kebenaran

Da vinci Code.0

Memukau Nalar
Mengguncang Iman

Dua kata yang tertera pada sampul novel best seller ini ternyata memang bukan hanya jargon belaka. Dan Brown, sang penulis, dengan cerdasnya memainkan pikiran kita dengan plot cerita yang luar biasa. Menggabungkan gaya detektif, thriller dan teori konspirasi, novel ini telah membantu memopulerkan perhatian terhadap teori-teori tentang legenda Piala Suci (Holy Grail) dan peran Maria Magdalena dalam sejarah Kristen, serta teori-teori yang oleh Kristen dipertimbangkan sebagai ajaran sesat dan telah dikritik sebagai sejarah yang tidak akurat.

Novel ini dibuka dengan pengakuan Dan Brown bahwa “Semua deskripsi karya seni, arsitektur, dokumen, dan ritus rahasia dalam novel ini adalah akurat, walaupun klaim ini diperdebatkan oleh para sarjana akademisi dalam diskusi-diskusi buku. Para penggemar memuji bahwa buku ini kreatif, walaupun kritikus juga menyerang dengan mengatakan ketidakakuratannya dan tulisan yang buruk, dan mengutuk pendirian yang kontroversial pada peran Gereja Kristen.

Novel ini menceritakan usaha Robert Langdon, Profesor Simbologi Agama di Universitas Harvard, untuk memecahkan misteri pembunuhan kurator terkenal Jacques Saunière dari Museum Louvre di Paris. Mayat Saunière ditemukan telanjang di dalam ruang kerjanya dan posisi seperti gambar terkenal Leonardo da Vinci, Vitruvian Man, dengan suatu pesan acak (cryptic) yang tertulis di samping tubuhnya dan sebuah Pentagram tergambar di perutnya dengan darahnya sendiri. Interpretasi dari pesan tersembunyi dalam karya terkenal Leonardo, termasuk Mona Lisa dan Perjamuan Terakhir, menjadi figur menyolok dalam pemecahan misteri ini.

Konflik utama pada novel ini seputar pemecahan dua misteri yaitu; (1) rahasia apa yang dilindungi Saunière sehingga mendorong pembunuhannya?, dan (2) siapakah dalang di belakang pembunuhannya? Kusutnya misteri membutuhkan solusi bagi rangkaian problem yang sangat sulit, mencakup anagram (permainan huruf-kata) dan teka-teki angka. Solusinya sendiri menemukan hubungan erat dengan kemungkinan lokasi Holy Grail dan suatu perkumpulan misterius yang disebut Priory of Sion, juga Knights Templar. Organisasi Katolik Opus Dei juga digambarkan secara menyolok dalam alur cerita.

Jacques Saunière kemudian diketahui adalah seorang pemimpin Biarawan Sion yang mendedikasikan seumur hidupnya untuk menjaga kerahasiaan lokasi Holy Grail. Biarawan Sion adalah perkumpulan rahasia paling berpengaruh di dalam sejarah Dunia Barat, disebut-sebut sebagai Rosicrucian-esque ludibrium modern. Sebelumnya, Leonardo Da Vinci, Sir Isaac Newton dan beberapa tokoh lainnya pernah menjadi pemimpin perkumpulan ini.

Holy Grail sendiri menjadi sangat penting untuk dijaga kerahasiaanya karena diduga menyimpan fakta besar mengenai kehidupan Yesus Kistus dan Maria Magdalena. Fakta inilah yang kemudian memunculkan dugaan bahwa Gereja Katolik telah terlibat dalam konspirasi untuk menutupi cerita Yesus yang sebenarnya. Ini menyiratkan bahwa Vatikan dengan sadar mengetahui sedang hidup dalam suatu kepalsuan, tetapi mengerjakan sesuatu demi menjaga kekuasaannya.

Rahasia terbesar yang kemudian membuat geger dunia dengan kehadiran buku ini adalah cerita tentang fakta bahwa Yesus telah menikah dengan Maria Magdalena sebelum ia disalib. Pernikahan ini sendiri dikaruniai anak bernama Sarah. Sarah lah kemudian yang meneruskan nasab Sang Juru Selamat. Keturunan Yesus inilah yang sebenarnya menjadi hal yang dirahasiakan oleh para Biarawan Sion demi menjaga keselamatannya. Menurut novel ini, Gereja Katolik merasa terancam apabila rahasia ini terbongkar. Sophie Nieveau, cucu Jacques Sauniere, di akhir cerita disebutkan sebagai si penerus nasab “suci” tersebut.

Teka-teki mengenai dalang pembunuhan Sauniere pun dibuat menegangkan oleh Dan Brown. Pembaca pastinya akan menduga bahwa Opus Dei adalah dalang pembunuhan tersebut di awal cerita. Namun, Dan Brown lihai dalam “membuat bingung bin penasaran” pembaca. Di akhir kisah, ia menempatkan Silas, dan Uskup Aringarosa, Remy serta organisasi mereka yaitu Opus Dei sebagai korban “hasutan” dari seseorang yang dikenal dengan sebutan “Sang Guru”.

Jati diri “Sang Guru” tersebut pun tak luput dari rasa penasaran pembaca. Dan Brown pun lihai membuat bingung pembaca untuk menentukan siapa sosok di balik nama Sang Guru tersebut. Ada yang mengira Bezu Fache, Uskup Aringarosa, bahkan Remy Lagadec sebagai “Sang Guru”. Namun ternyata, “Sang Guru” adalah Sir Leigh Teabing, sejarawan yang saking maniaknya dengan Holy Grail, memperalat organisasi sebesar Opus Dei untuk memuluskan niatnya mendapatkan cawan suci tersebut.

Novel ini mempunyai beberapa alur cerita yang berdampingan yang menyertakan tokoh-tokoh berbeda. Kemudian semua alur cerita berjalan bersama-sama dan terpecahkan pada akhir novel. Novel ini juga menjelaskan kembali pemaknaan-pemaknaan keliru tentang beberapa hal menyangkut paganisme, hari lahir Yesus, campur tangan Romawi dalam agama Kristen dan simbol-simbol alam dan keagamaan.

The Da Vinci Code ini adalah sebuah novel karangan Dan Brown seorang penulis Amerika dan diterbitkan pada 2003 oleh Doubleday Fiction. Buku ini adalah salah satu buku terlaris di dunia dengan 36 juta eksemplar (hingga Agustus 2005) dan telah diterjemahkan ke dalam 44 bahasa, termasuk Indonesia. Di Indonesia diterbitkan oleh penerbit Serambi Ilmu Semesta pada tahun 2004.

Novel ini adalah bagian kedua dari trilogi yang dimulai Dan Brown dengan novel Malaikat dan Iblis (Angels and Demons) pada tahun 2000, di mana diperkenalkan karakter Robert Langdon. Sony Columbia Pictures mengadaptasi novel ini ke dalam film, dengan skenario yang ditulis oleh Akiva Goldsman, dan sutradara peraih Academy Award, Ron Howard. Film ini kemudian dirilis pada 19 Mei 2006 ini dibintangi oleh Tom Hanks sebagai Robert Langdon, Audrey Tautou sebagai Sophie Neveu, dan Sir Ian McKellen sebagai Leigh Teabing.

Bagi kalian para penggemar sejarah, pecinta teka-teki, penggila konspirasi, dan pecandu cerita tegang, novel yang satu ini wajib ada dalam daftar buku yang akan ada baca. Kelihaian Dan Brown dalam memberi detail dalam alur cerita serta membuat “bingung bin penasaran” pembaca merupakan nilai lebih dari novel ini. Novel ini bukan sebuah novel dengan kisah detektif biasa. Novel ini adalah novel yang memukau nalar dan mengguncang iman.


Diterbitkan

dalam

oleh

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *