Kisah Ekspedisi 1006 KM : Berbagi Cerita Petik Makna (1)

Ekspedisi 1006 km. Suatu perjalanan yang dilakukan oleh 6 mahasiswa Untad berbeda jurusan, angkatan, fakultas dan juga suku. Sebut saja, Iksan Maulvi Ahmad mahasiswa FAPETKAN 2015, Ulfiana Sandra Yulianingtyas mahasiswa FMIPA 2014, Moh. Tofan Saputra mahasiswa FAPETKAN 2011, Andi Tenri Dio mahasiswa FISIP 2015, Saipul mahasiswa FATEK 2013, dan Muh. Taufik Hidayat mahasiswa FKIP 2014. Dan kami pun memulai kisah pejalanan dengan titik kumpul di Palu tepatnya hari Selasa tanggal 27 Juni 2017.

Berawal dari ketekadan melakukan perjalanan dengan tujuan bersilaturahmi kepada sanak saudara yang berbeda aliran darah. Perjalanan ini dilakukan selama 6 hari dengan melewati 3 kabupaten yaitu Kab. Parigi Moutong, Kab. Toli – Toli, dan Kab. Donggala. Melalui perjalanan ini, banyak sekali pesan dan kesan yang didapati. Setiap rumah yang dilalui memiliki kisahnya masing-masing. Perjalanan ini mampu mengukir kisah dan pelajaran di salah satu lembaran hidup kami. Salah satunya yaitu tentang arti silaturami. Dengan adanya ekspedisi ini kami tahu dengan silaturahmi kami dapat mengenal satu sama lain, dengan silaturahmi kami bisa memupuk rasa cinta satu sama lain, dengan silaturahmi dapat memanjangkan usia, dengan silaturahmi dapat menambah rezeki, iya rezeki, seperti yang kami alami setiap persinggahan mendatangkan berbagai macam rezeki mulai dari rezeki makanan dan minuman yang dapat menghilangkan rasa dahaga, sampai rezeki yang tidak bisa kita sebutkan satu per satu. Ahamdulillah sekali.

Selain silaturahmi, perjalanan ini mengajarkan tentang arti kesabaran, arti kekuatan hingga menciptakan satu slogan bagi tim ekspedisi yaitu slogan “BaKuat BaStrong”. BaKuat BaStrong menggambarkan betapa kuatnya tim, dari hujan hingga panas matahari pun tak mematahkan semangat kami hingga menyelesaikan ekspedisi yang bertujuan untuk silaturahmi ini. Gunung dan laut pun terasa sudah jadi teman perjalanan kami. Rasa kebersamaan pun tak luput dari kisah ekspedisi ini. Dari menangis bersama hingga tertawa bersama. Perbedaan jenis darah pun seolah luntur, melebur menjadi satu.

Satu hal yang perlu kita ketahui bersama bahwa setiap kejadian adalah pengalaman dan setiap orang yang kita temui di jalan adalah guru dan semua tempat persinggahan adalah sekolah.

Ini hanya sekilas gambaran keseruan dan kehikmatan perjalanan yang kami lakukan saat lebaran Idul Fitri tahun ini datang. Dikisah selanjutnya kami akan berbagi cerita di tiap persinggahan yang sangat bermakna. Nantikan kelanjutan kisah Part 2 yaa 🙂

Bersambung………


Diterbitkan

dalam

oleh

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *