Aktifis Mahasiswa Untad Zaman Now, Masihkah Agen Perubahan ?

Mahasiswa?

Yang terbayang bagi sebagian orang awam, Mahasiswa adalah sekumpulan pemuda yang menggunakan jas almamater warna – warninya. Terlepas dari anggapan sederhana itu, sebagai Mahasiswa kita semua tau bahwa  Mahasiswa memiliki peranan penting dalam sejarah perjuangan bangsa ini, sehingga Mahasiswa selalu diidentikkan dengan sang pembawa perubahan (katanya) dan kontrol sosial di tengah masyarakat.

Disuguhkannya wacana Agen Perubahan sebagai salah satu fungsi Mahasiswa oleh para kakak tingkat (Baca : Senior) ditiap penerimaan Mahasiswa baru, membuat Identitas sang pembawa perubahan semakin lekat terhadap Mahasiswa, terlebih bagi mereka yang terlibat aktif dalam lembaga-lembaga kemahasiswaan.

Tentu kita masih ingat, bagaimana raut muka dan ekspresi para senior ketika meneriakkan kata-kata Agen Perubahan semasa ormik dulu, penuh penekanan dan berapi-api pastinya.

Namun pertanyaan yang terus menghantui penulis, seperti apa sih wujud Agen perubahan yang sebenarnya? Ditengah banyaknya lulusan perguruan tinggi setiap tahunnya, meningkatnya jumlah pengangguran yang tak terelakkan, hal ini ternyata berimbas pada presentase kemiskinan dan ketimpangan sosial yang semakin semrawut. Berdasarkan data terbaru BPS, para sarjana yang katanya Agen Perubahan masih saja mendominasi tingkat pengangguran dengan presentase sebesar 13,94 %, hal ini diikuti jumlah kemiskinan yang membengkak menjadi 27.77 juta jiwa per maret 2017.

Nah, tak perlu jauh-jauh pada skala Nasional, mari kita telaah kondisi kampus kita hari ini, seperti apa taring si pembawa perubahan hari ini? bukannya bermaksud subjektif, namun mari kita ajukan beberapa pertanyaan sederhana.

“Masih ingat dengan para senior yang teriak – teriak wacana agen perubahan semasa ormik dulu?”

“Menurut kalian seberapa besar mereka telah menjalankan wacana agen perubahan tadi?”

“Apa sih perubahan – perubahan yang telah mereka lakukan?”

Sekarang mari kita tanyakan pada lembaga-lembaga kemahasiswa di kampus kita

“Berapa program kerja yang telah mereka laksanakan selama setahun belakangan? pasti banyak yah”

Bagaimana peranan program kerja itu terhadap perubahan dimasyarakat?”

Apa sih yang membedeakan lembaga kemahasiswaan dengan Event Organizer?”

Bahkan ditengah situasi kampus yang belakangan kurang kondusif, karena berbagai regulasi yang dikeluarkan oleh pihak birokrasi, ternyata ada-ada saja si pembawa perubahan bersama lembaganya yang masih bersifat netral-netralan, bahkan cenderung berada diposisi cari aman. Lagi-lagi, Skorsing dan DO masih jadi momok menakutkan bagi si pembawa perubahan.

Hal ini semakin menjadi lucu ketika si pembawa perubahan yang teriak-teriak berbagai wacananya semasa ormik dulu masih segan-segan menentukan sikap berdiri sebagai oposisi dan menyatakan perlawanan. Lantas bagaimana mau mengentaskan kemiskinan, kebodohan dan penindasan sementara si pembawa perubahan masih terkungkung dalam zona nyaman dengan berbagai wacana – wacana bualannya.

Jika kita putar kembali sejarah mari kita ajukan beberapa pertanyaan sederhana lagi untuk para pembawa perubahan di masa lampau.

“Lingkungan kampus seperti apa sih yang membuat Soekarno menentukan sikap untuk memerdekakan bangsa ini?”

“Lingkungan kampus seperti apa yang membuat Hatta punya pandangan yang lebih tentang ekonomi kerakyatan?”

“Sikap seperti apa yang diajarkan Tan Malaka untuk benci terhadap kuasa kolonial?”

Satu hal yang bisa penulis simpulkan dari beberapa pertanyaan diatas.

Mereka tentu bukan orang – orang yang terkungkung dalam zona nyaman dan berani menentukan sikap, peka terhadap realitas sosial  dan tak hanya netral-netral saja.

Apa mau di kata, zaman berubah dan karena percikan perubahan zaman itu mungkin juga sedikit berimbas pada esensi si pembawa perubahan itu sendiri, jika mengikuti trend kekinian mari kita buat istilah baru “Si Pembawa Perubahan Jaman Now”.

Tulisan di atas sebenarnya merupakan kritik terhadap diri penulis dan lingkungan sekitar, mungkin ada banyak lagi mahasiswa yang memiliki kritik yang sama pada dirinya. Tentu tak ada jalan lain selain merubah kritikan-kritikan diatas menjadi tolak ukur untuk membentuk si pembawa perubahan kembali ke esensinya.

**

AnakUntad.com adalah media warga. Setiap warga kampus Untad bebas menulis dan menerbitkan tulisannya. Tanggung jawab tulisan menjadi tanggung jawab penulisnya

Diterbitkan

dalam

oleh

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *