To the Beautiful, My Mom – Ditulis oleh Sugi Safitri

Tulisan ini ku tulis untuk Mamaku, wanita tercantik yang  saya miliki di dunia ini.

Sepertinya baru kemarin saya mengucapkan selamat hari Ibu untuk Mama, tidak terasa tanggal 22 Desember kini akan jatuh di minggu ini. Saya masih ingat senyum Mama tahun lalu setelah saya berikan bunga mawar warna merah lengkap dengan pelukan hangat. 2 tahun lalu pun begitu, Mama hadir di acara hari Ibu yang saya dan teman-teman laksanakan  di Forum Anak. Tahun ini saya belum tahu cerita apa yang akan menjadi sesuatu yang bisa saya kenang.

Berbicara mengenai sosok seorang Ibu, sepertinya saya tidak bisa berhenti terkagum-kagum pada sosok ini.

Memang betul kata banyak orang, Ibu adalah Madrasah pertama untuk anak-anaknya. Masih terekam jelas di ingtanku, 13 tahun silam saya diajar untuk belajar membaca setiap malam selesai sholat maghrib dan mengaji. Mama sudah siap menungguku di ruang tamu dengan sapu lidi untuk memukulku jika saya salah mengeja. Bersyukur, saya akhirnya bisa membaca tepat saya Kelas 1 SD. Mungkin tanpa sosok ini saya tidak bisa membaca sampai sekarang. Dan juga Mama lah yang menjadi motivasi dan tokoh inspirasiku untuk menjadi Madrasah pertama untuk anak-anakku kelak, untuk menjadi Guru yang baik dikeluargaku nanti.

Setiap saya melihat Mama entah kenapa saya selalu berfikir, kenapa Allah baik sekali mengirim sosok perempuan ini untuk menjadi teman hidup Papa dan menjadi Ibu yang baik untuk kami, anak-anaknya.

Kami bersaudara memiliki umur yang tidak begitu jauh, hanya berbeda 1-2 tahun saja. Mama membesarkan kami sendiri tanpa ada yang membantu kecuali bantuan tangan dari Papa. Tapi tidak dengan Adikku yang terakhir, yang baru saja lahir 2 bulan yang lalu, kami berbeda umur sangat jauh. Atas kelahiran Adikku, disinilah saya betul-betul melihat arti perjuangan seorang Ibu. Rela bertaruh nyawa untuk anaknya. Melihat Mama yang mengurusi Adik kecilku setiap hari ternaya tidak semudah yang saya pikirkan sebelumnya, begitu banyak yang harus dikorbankan mulai dari jam tidur yang tidak teratur, jam makan yang hanya mencuri-curi waktu luang, sampai perasaan dan emosi pun kadang terbawa karna kelelahan.  Dari sinilah, saya melihat mama seperti melihat surga atau apapun jika ada hal lain yang lebih indah.

Mama adalah pemeran utama dirumah, dikeluarga ini. Rasanya baru kali ini saya dipeluk rasa takjub yang begitu hebat kepada sosok seorang hawa. Tidak kah Mama merasa tergangu dengan rasa kagum kami, anak-anakmu.  Jujur saja, saya menulis tulisan ini dengan ragu-ragu takut salah memilih kata. Takut jika Mama baca tulisan ini nanti ada kata-kataku yang salah. Sosok inilah yang menjadi alasanku untuk pulang lebih cepat jika saya berada diluar rumah. Pemberi teduh untuk kami para penghuni rumah. Tidak kah Mama merasa, tempat mama dihati kami seperti beradu terang dengan bintang. Kepada Mama pulangku menuju atas semua aktifitas diluar yang menghajarku.

Pesanku untuk Mama, jangan terlalu lelah, dan ingat Mama sudah melakukan hal-hal yang luar biasa. Semoga Mama dapat membaca tulisan ini, karna saya tidak yakin dapat menuliskan kata-kata ini dua kali. Terima kasih atas semua rasa kagum, semua peristiwa hebat dan pelajaran yang Mama ajarkan setiap hari. Tetaplah menjadi Ibu yang kuat untuk anak-anakmu sambil bertahan dikesempurnaan.

Apapun itu, tetaplah bercahaya dan menjadi  Mama yang terbaik. 

—————————————————————————-

Karya ini diikutkan dalam Lomba Menulis Spesial Hari Ibu yang dilaksanakan oleh anakUntad.com

AnakUntad.com adalah media warga. Setiap warga kampus Untad bebas menulis dan menerbitkan tulisannya. Tanggung jawab tulisan menjadi tanggung jawab penulisnya


Diterbitkan

dalam

oleh

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *