Hari Ibu – Cerpen Karya Yuli Asri

22 desember , kata mereka itu adalah hari ibu. Kata mereka ini adalah hari dimana seluruh dunia memperingati betapa indahnya dirimu “ ibu”.

Aku juga ingin menjadi salah satu dari mereka tentunya  , aku berusaha mencari tahu apa yang mereka lakukan di hari ibu. Ku buka smartphoneku mungkin google tahu hal apa yang mereka lakukan untuk memperingati hari ini , aku juga membuka akun media sosialku untuk mencari tahu apa yang mereka lakukan untuk memperingati hari ini.

Aku berdecak kagum dari hasil pencarianku , sepertinya aku tak mampu seperti mereka. Aku tak bisa memanjakanmu ke suatu tempat yang indah saat ini, aku juga tak bias membelikan hadiah dan kue tart buatmu, dan aku juga tak pandai menuliskan caption-caption puitis tentangmu di postinganku.

Aku merenung sesaat , memikirkan semua yang telah kau berikan padaku sejak di hari kelahiranku hingga detik ini. Apakah aku mampu membalas semua jasa-jasamu padaku ? Hal apa yang bias kulakukkan untuk membalasmu ? Aku bingung memikirkan jawaban dari pertanyaanku.

Sungguh hebatnya dirimu ibu , yang telah memberikan seluruh jiwa dan hidupmu pada diriku, anakmu. 10 tahun yang lalu , kau bahkan telah berjuang sendiri melawan kerasnya kehidupan untuk menghidupiku , merawatku , membiayai pendidikanku karena suamimu, ayahku telah lebih dulu di panggil oleh-Nya. Hal ini membuatku makin mencintaimu , makin mengidolakanmu , kau benar-benar telah menjadi inspirasi dalam hidupku. Aku selalu iri padamu, pada kegigihanmu, ketabahan , dan kesabaranmu dalam menjadi hidupmu. Tak pernah di dengar di telingaku kau mengeluh dengan hidupmu , atau mungkin kau sengaja menyembunyikan semua keluh kesahmu dariku. Sungguh kau adalah inspirasi terbesar dihidupku.

Kembali di 22 desember , aku masih ingin memperingati hari ini seperti mereka diluar sana. Walaupun aku masih belum menemukan inspirasi bagaimana aku memperingati hari ini. kufikir menelponmu dan mengucapakan “ selamat hari ibu “ sudah cukup sebagai simbolik peringatan hari ibu untukku. Mengingat aku tak punya budget yang cukup untuk membelikanmu hadiah apapun. selain itu , jarak kita juga jauh karena aku harus menempuh pendidikan disini.

Aku menekan panggilan cepat nomor 1 di handphoneku , sebelum panggilannya tersambung , aku senyum-senyum sendiri melihat nama kontakmu di handphoneku. Aku sengaja memberi nama kontakmu “ ibu gantengku “, alasannya sederhana agar aku selalu ingat bahwa 10 tahun silam kau telah menjadi ayah sekaligus ibu untukku , selain itu agar aku juga selalu ingat peranmu di 10 tahun terakhir benar-benar sangat berpengaruh dalam diriku.

Saat panggilanku tersambung , seperti biasanya kau akan membrondingiku dengan berbagai pertanyaan yang karena sudah terlalu sering kau tanyakan aku sudah bisa menghafalnya. “ kau ada dimana ? “, “ apa yang kau lakukan ? “, “ kau sudah makan ? “, “ apakah uangmu masih ada ? “. Pertanyaan-pertanyaan ini tiba-tiba saja menggoyahkan hatiku, kata-kata “ selamat hari ibu “ yang tadinya ingin kusampaikan padamu tiba-tiba lenyap entah kemana.

Kini aku ragu ingin mengucapakn “ selamat hari ibu “ padamu. Aku ragu kau akan tahu apa itu hari ibu. Aku bahkan ragu kau bisa tahu bahwa disetiap tahunnya ada perayaan hari ibu. Mengingat sebelumnya aku memang tak pernah merayakannya , dan kau juga buka tipe ibu-ibu  “ Modern Mom” yang mengikuti perkembangan zaman. Sudahlah kuputuskan untuk melupakan niatanku tadi , aku hanya akan menelpon seperti biasanya.

Setelah sambungan telpon kita terputus , aku tak lagi bingung dengan cara ku memperingati hari ibu. Toh aku juga tak tahu ada peristiwa apa sehingga di 22 desember sehingga diperingati menjadi hari ibu. Yang kutahu aku mencintaimu di setiap harinya , dan bagiku hari ibu adalah tiap hari dalam hidupku yang kuhabiskan denganmu , dengan mencintaimu.

Hingga saat ini aku masih belum mampu memberikanmu apapun. Walaupun kutahu kau memang tak pernah mengharap balasan apapun dariku. Aku hanya tau meminta darimu. Sebagai balasannya aku selalu meminta pada Tuhan untuk selalu memberi kesehatan , ketabahan , dan kebahagian dalam menjalani hidupmu , menemani hidupku , menikmati hidup kita.

Walaupun nanti semua orang membenciku , semua orang enggan bersamaku , bahkan apabila seluruh dunia berpaling dariku , akan tertutupi dengan hadirnya dirimu.

Sungguh aku mencintaimu , Ibu .

Sungguh aku menyayangimu , Ibu.

Mulai hari ini tidak ada lagi peringatan 22 desember sebagai hari ibu di kalenderku , karena hari ini , esok , esoknya lagi dan seterusnya adalah HARI IBU.

—————————————————————————-

Karya ini diikutkan dalam Lomba Menulis Spesial Hari Ibu yang dilaksanakan oleh anakUntad.com

AnakUntad.com adalah media warga. Setiap warga kampus Untad bebas menulis dan menerbitkan tulisannya. Tanggung jawab tulisan menjadi tanggung jawab penulisnya


Diterbitkan

dalam

oleh

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *