Sepenggal Rasa di Ujung Asa : Cerpen Karya Evi Hardiani

“Denganmu, patah hati adalah hal yang membuatku terbiasa–Miris bukan?”.

Kusuguhkan senyum terikhlas yang kumiliki. Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi saat ini. Sungguh! Aku ingin marah, namun hanya senyuman tak mengerti apa-apa yang kutorehkan pada gadis kecilku itu. Ia masih terlalu polos untuk melihat dunia yang sebenarnya. Aku terlalu takut melepasnya. “Aku sungguh menyangimu gadis kecil”. Hanya saja, Aku adalah aku. Seseorang yang punya banyak kekurangan. Aku bukanlah seorang pangeran berkuda yang ada dimimpimu. Pun bukan lelaki yang ada didalam setiap drama yang kau tonton.

Hari ini kau berhasil membuktikan bahwa jarak terlalu kejam. Ini adalah kekhawatiranku yang sudah keduga jauh-jauh hari. Gadis kecil, beberapa waktu yang lalu sewaktu kita masih memakai seragam putih abu-abu. Aku telah menduga bahwa hal semacam ini mungkin saja akan terjadi. Ya, ku akui bahwa akulah yang salah, aku terlalu kaku untuk sekedar mengabarimu. Namun, tidakkah kau ingat akan janji kita untuk selalu saling menjaga perasaan? Lupakah engkau akan kata-kata yang kita ucap bersama?! Sungguh.. kau lebih dari sekedar kejam gadis kecil.

“Aku bertemu dengan sosok yang baru, kak” katamu lewat pesan singkat

Oh Tuhan…. Rasanya kakiku sudah tak lagi berpijak. Jantungku berdetak tak beraturan. Sesak. Pengap. Tak ada udara yang bisa kuhirup. Sungguh! Ini menikamku gadis kecil. Aku bahkan hampir meneteskan air mataku. Namun aku adalah lelaki. Dan harus lebih dewasa darimu. Semua rasa sakit yang ingin kusuguhkan, terpaksa harus kusimpan kembali. Hanya wejangan-wejangan yang kuberikan kepadamu.

Gadis kecil, tidakkah kau lihat bahwa aku disini tertatih lelah melawan jarak. Tidakkah kau lihat bahwa aku disini berjuang mempertahan hatiku untuk kau seorang. Tidakkah kau bisa merasakan rasaku?. Kau tahu gadis kecil? Aku selalu berdoa agar kau selalu dipertemukan dengan sosok yang baik. Sosok yang lebih bisa menjagamu dibandingkan dengan penjagaanku kepadamu. Sosok yang lebih baik dari diriku. Meski sebenarnya keinginan terbesarku, sosok itu adalah A-K-U. Aku sangat mengharapkan itu. Layaknya diriku yang hanya memilihmu.

Kepadamu gadis kecil yang pernah kumiliki. Kau tahu apa wujud dari rasa sayang yang sebenarnya? Jikalau tidak, maka tengoklah kearahku. Maka kau akan mengerti. Kepadamu pendamba pangeran berkuda, kau tahu? Sosok itu tak akan pernah ada. Yang harus kau lakukan adalah melihat sekelilingmu. Lihat dan cermati baik-baik. Kau akan menemukan aku disana.

Kepadamu perempuan kekanak-kanakan yang sangat ku sayangi. Kau tahu? Menjaga rasa adalah hal tersulit yang pernah ada. Apalagi jikalau hanya kau seorang yang memperjuangkan rasa. Pun aku seperti itu. Sulit. Sakit. Entah sampai kapan aku mempertahankan rasa ini untuk seorang gadis kecil yang tak pernah menyadari keberadanku.

Jika hatiku diibaratkan sepotong daging. Mungkin hati yang dibalas oleh hati, adalah daging disimpan baik-baik yang kemudian diletakan didalam toples rapat-rapat. Namun, bagaimana dengan hati yang tak dibalas? Ia adalah daging yang dibiarkan mengurai bersama bakteri-bakteri diudara yang kemudian di gerogoti oleh ulat-ulat dan lalat. Menjijikkan bukan?!.

Lantas apa yang harus aku lakukan gadis kecil? Semua ada ditangamu. Akankah kau menaruh hatiku didalam toples? atau??? akhhh aku tak sanggup untuk mengatakannya. Intinya, kau harus berbahagia, agar aku pun bisa bahagia. Atau setidaknya berpura-pura terlihat bahagia. Karena sunggingan senyumanmu dapat membius sakit yang menusuk untuk sekejap.

Bersama kenangan dan rindu di 05 november 2017, aku sangat mencintaimu


Diterbitkan

dalam

oleh

Tags:

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *