Mahasiswa Untad Mewakili Sulawesi Tengah dalam ajang Interfaith Youth Camp Ambon Reconciliation and Mediation Center

“Agus Wisudawan, satu-satunya mahasiswa Universitas Tadulako mewakili Sulawesi Tengah dalam ajang Interfaith Youth Camp Ambon Reconciliation and Mediation Center (ARMC) IAIN Ambon 2017-2018”

Interfaith Youth Camp adalah sebuah ruang dan arena yang memungkinkan generasi muda daerah dapat berjumpa, berbagi pengetahuan dan pengalaman antarsesama yang berasal dari daerah berbeda di seluruh indonesia dan memililki latar belakang identitas beragama, baik agama maupun suku. Interfaith Youth Camp juga adalah sebuah momentum bagi generasi muda Indonesia untuk menjelaskan dan menegaskan komitmen dan konsistensi mereka untuk menjadi bagian dari pemecah masalah (problem solver) berbangsa dan bernegara.

Kegiatan ini dilaksanakan atas kerjasama dari UNDP – PPIM UIN Jakarta – ARMC IAIN Ambon dan dilaksanakan di Pantai Negeri Liang Maluku, pada tanggal 25-30 Januari 2018. Diikuti oleh 120 peserta yang berasal 34 provinsi di Indonesia. Sulawesi Tengah mengirimkan 5 orang delegasinya yang berasal dari beberapa daerah, yakni 2 orang berasal dari poso ( Farhan dan Rasyid), 3 orang dari Palu (Anastasya, Nur dan Agus Wisudawan sebagai satu-satunya mahasiswa Universitas Tadulako yang terlibat dalam event itu).

Agus Wisudawan merupakan mahasiswa Fakultas Hukum Angkatan 2015 yang mengaku sangat beruntung mengikuti kegiatan ini, selain karena fully funded, ia juga mendapatkan pengalaman berharga berupa wawasan baru tentang isu-isu interfaith seperti radikalisme, intoleransi, terorisme, dan kejahatan ekstrimisme.

Adapaun rangkaian dari kegiatan ini di lakukan dalam berbagai tahap agenda seperti :

  1. Sharing dan refleksi. Dilakukan antara peserta dalam bentuk kelompok-kelompok kecil, sehingga ruang untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman peserta lebih terbuka dan lebih saling memperkaya.
  2. Outbond. Bermain bersama antarkelompok untuk mengembangkan keterampilan (skill), keunggulan (kompetensi), membangun rasa saling percaya (trust), kebersamaan (soliditas) dan kerjasama (solidaritas). Dilakukan dalam dua bentuk, yaitu bersama dan perkelompok. Kunungan bersama ke tempat pela antarsekolah (SMPN 9 Ambon dan SMPN 4 Salahutu). Di lokasi ini akan dilakukan panas pela, diskusi dengan dan performance Glenn Fredly dan Makan Patita. Sedangkan untuk kunjungan kelompok (tematik) dilakukan di 10 lokasi; Negeri Lata, Batu Merah – Passo, Nania – Negeri Lama, Liang (Iha), Suli (Banda), Media, Komunitas Muda (Ambon Bergerak), Tulehu, tokoh agama, Kampus (Iwan Puttuhena), Pasar Mardika dan Wayame. Di lokasi ini peserta akan berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan pelaku dan korban konflik serta para peace maker atau agen-agen perdamaian atau “provokator” damai di Maluku.
  3. Malam budaya. Peserta diberi ruang untuk mengekpresikan uneg-unegnya dalam ragam seni. Pada malam budaya ini akan diramikan oleh Glenn Fredly dihadirkan sebagai bintang tamu.
  4. Penerbitan buku tulisan refleksi peserta. Tulisan-tulisan yang menjadi syarat menjadi peserta akan diedit dan kemudian diterbitkan.

Harapan Agus, kegiatan IYC ini bisa tetap ada, karena event nasional interfaith ini baru pertama dilakukan, bisa diikuti lebih banyak peserta dari Sulteng lagi, dan para delegasi yang terpilih bisa menebarkan virus-virus positif anti intolerasi, radikalisme, terorisme dan exstrimisme”

Melalui proses berbagi ini di harapkan generasi muda indonesia memiliki prespektif, sikap dan pendirian yang relatif sama dalam memotret dinamika, perubahan dan perkembangan kehidupan keberagaman di Indonesia.Dengan komitmen ini generasi muda Indonesia diharapakan mampu memainkan peran strategis dan mengambil tanggungjawab proporsional dalam mendorong dan mengakselerasi proses pembangunan bangsa. Rr

 

 


Diterbitkan

dalam

oleh

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *