Langit senja mungkin tidak akan pernah lagi sama di kota kami. Rintik hujan mungkin tidak akan sesejuk dahulu di kampung halaman kami. Matahari di penghujung petang juga tidak akan sehangat dahulu di tanah kelahiran kami. Tapi… hari baru bernyanyi untuk Palu. Ada janji yang datang bersama pelangi. Sebuah janji agar kami tetap tegar dan kuat. Bersama bergandengan tangan untuk bangkit.
Palu mungkin hanya kota kecil dalam gugusan keindahan bumi pertiwi. Di sana hanya ada sedikit bangunan tinggi pencakar langit. Tidak akan pula didapati para wisatawan lalu lalang sekaliber Bali, Jogja, ataupun Jakarta. Kau hanya mendapatkan sekumpulan orang yang jika bersuara tidak pernah kecil. Deretan pegunungan yang saling menyembul. Deburan ombak yang bergema seirama samudra. Matahari terik yang senantiasa memeluk tanah gersang. Di sana hanya ada keindahan selaksa magis.
Langit biru menggantung bebas di Palu. Ombak berbuih sesuka hati menjilat bibir pantai. Burung-burung leluasa menari di angkasa. Pepohonan damai dalam kesendiriannya. Alam gemar bernyanyi dan berjoget di sana. Sekali lagi, Palu menggenapi keping-keping keindahan maha karya Tuhan.
Santapan khas makanan Palu adalah sajian yang selalu membekas di lidah. Dominan rasa pedasnya merupakan ciri khas yang melekatkan kami orang Palu senang dengan makanan-makanan pedas. Keunikan nama maupun bahannya menaruh rasa penasaran kepada setiap orang yan baru merasakan. Bukan hanya kotanya, kulinernya juga turut memberi warna-warni pada resep khas Nusantara.
Palu juga panas. Itu mengapa orang-orang di sana keras. Sebab, mereka di tempa matahari. Di mana kaki menjejak, di situ pula kau akan tau orang-orang Palu itu keras. Keras terhadap prinsip, keras terhadap tujuan, keras terhadap kebathilan. Jadi jangan macam-macam dengan orang palu jika kau hanya ingin bermalas-malasan. Karena di Palu, kami dibentur dan dibentuk untuk menjadi kuat.
Nafas orang Palu seteduh angin laut. Sajian sari laut melimpah di sana. Maka, jangan heran jika kalian akan menemukan bibit-bibit unggul orang Palu di setiap sudut perantauan. Karena di setiap aliran darah kami mengalir semangat nenek moyang.
Baca Juga : Padamu Palu, Ku Titipkan Kisahku
Waktu seolah lesap tak terbatas jika kami orang Palu berkumpul. Karena kami sangat suka bercerita. Bertukar kabar dan melepas rindu. Saling menyelimuti dalam rindu yang telah menggebu.
Kami bersyukur. Di antara titik-titik yang merentang dan entah berhenti sampai kapan, di tengah perputaran waktu virtual yang juga tidak tau akan habis kapan, kami dapat dibesarkan oleh Palu. Sebuah kota yang telah memberikan hari-hari yang lebih dari cukup. Yang kelak akan kami katakan bahwa di sana masa kecil kami sangat bahagia. Kebahagiaan yang spesifik karena kami hidup dengan persepsi kesenangan yang ditopang alam dan persaudaraan yang kami terjemahkan sendiri.
Kami yakin angan pilu ini akan segera berakhir. Kabut sendu berganti embun harapan. Kebaikan orang-orang sekitar kelak pun akan menghapus senyum kelabu. Sebab dunia sudah merindukan senyum orang-orang Palu.
Walau kami mungkin tidak akan tahu apakah malam masih dihiasi mimpi atau tidak. Tapi, yang yang kami tahu, kami memiliki mimpi untuk memulai bangkit kembali. Mimpi yang siap digantungkan bersama bintang gemintang. Mimpi yang akan melepas hari dan sebuah kisah bahwa Palu akan selalu ada. Terutama di hati kami.
Masa lalu telah berlalu. Walau pasti akan sangat berat bagi kebanyakan dari kami untuk keluar dari ingatan bersejarah yang menimpa Palu. Tapi, hari esok harus di sambut.
Karena yang hancur lebur akan kembali bangkit. Yang pernah jatuh kan berdiri lagi. Yang pernah patah esok akan tumbuh lagi. Meski yang hilang tidak pernah kembali, tapi selau ada yang mengisi kekosongan itu. Dan akan menjadi makna di kemudian hari.
Mari kita saling mendoakan. Melantunkan cinta dan harapan yang kelak menghapuskan luka. Kita kuat bila bersama.
Karena ini adalah Palu kami. Tentang sebuah tempat untuk kami kembali pulang. Sebuah panaroma yang mengikat kami sebagai saudara. Sebuah tanah impian bagi kami mengejar mimpi.
Salam damai sampaisuvu.
Nosara Nosabatutu.
Sumber Gambar ig: @m.faruk7
AnakUntad.com adalah media warga. Setiap warga kampus Untad bebas menulis dan menerbitkan tulisannya. Tanggung jawab tulisan menjadi tanggung jawab penulisnya |
Tinggalkan Balasan