Asiap?

Saat tulisan ini dibuat, subcribers akun Youtube Atta Halilintar sudah mencapai 12.949.478. Jumlah yang sangat banyak, bahkan untuk kelas Asia Tenggara. Maka tak mengherankan, jika pria ini sangat terkenal oleh banyak kalangan. Emak-emak, anak-anak, sampai mahasiswa Universitas Tadulako pasti mengenalnya. Apalagi meme “Asiap/ uh she up (dalam penulisan asing wkwk)” sudah mendarah daging di bibir teman-teman mahasiswa, baik yang kenal Atta ataupun tidak. Sampai ada meme percakapan yang kurang lebih seperti ini:

A: Kau kenal Atta Halilintar?

B: Tidak bro, siapa itu?
A: Uh, sudahlah tidak penting juga, ayo ke kantin!

B: Ashyiaaappz

A : **************

Betul-betul sebuah ironi. Tren penggunaan kata “Asiap” menjadi hal yang agaknya menarik. Pada tulisan ini, saya coba mengungkap tragedi dalam penggunaan kata “Asiap”. Kita akan memulainya dari proses afiksasi.

Afiksasi adalah sebuah proses atau hasil penambahan (imbuhan) afiks pada kata dasar atau bentuk dasar untuk membentuk sebuah kata/makna baru. Afiks sendiri terbagi menjadi 4 yaitu :

  1. Prefiks, imbuhan yang diletakkan di depan kata dasar, seperti ber, per, dan men. Contoh ber-main
  2. Infiks, imbuhan yang diletekkan di tengah kata dasar, seperti er. Contohnya er-gigi menjadi gerigi
  3. Sufiks, imbuhan yang diletakkan di akhir kata dasar, seperti an dan i. Contoh cinta-i
  4. Konfiks, imbuhan yang diletakkan di awal dan akhir kata dasar. Contoh me-warna-i

Afiks secara umum di bagi menjadi dua, yaitu afiks asli dan afiks serapan (bahasa daerah/asing). Afiks serapan pada prefiks sendiri ada beberapa macam, contohnya afiks serapan “a”. Berikut contoh penggunaan afiks “a” pada pembentukan kosa kata baru :

  1. A-moral, tindakan tidak bermoral yang dilakukan oleh seseorang karena kurangnya pengetahuan.
  2. A-susila, tindakan yang tidak sesuai/menyimpang dari norma yang dianut masyarakat.
  3. A-sosial, sifat seseorang yang cenderung tidak memperdulikan orang lain.
  4. A-vertebrata, hewan yang tidak mempunyai tulang belakang.
  5. A-simetris, tidak simetris, tidak seimbang atau tidak beraturan.

Singkat cerita afiks “a” merupakan imbuhan yang mengandung arti “tidak” atau “tidak ber”.

Nah, kalimat ajakan seperti percakapan di atas ataupun kalimat intruksi seperti “laksanakan tugasmu dengan baik”, akan keliru jadinya jika jawaban ajakan/intruksi tersebut adalah “asiap” (seperti kebiasaan teman-teman yang lain). Menurut aturan afiks, “a” mengandung arti tidak, apabila kita gabungkan dengan kata “siap” menjadi “asiap” maka akan mengandung arti “tidak siap”. Oleh karena itu jangan menjawab kalimat ajakan/instruksi dengan kata “asiap” jika bermaksud untuk mengikuti atau melaksakan intruksi tersebut, karena itu berarti kau tidak siap!

Oke siap?


Diterbitkan

dalam

oleh

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *