SEMUA TENTANG SOLIDARITAS

Kita Harus Solid!

Saat menginjakkan kaki pertama kali di kampus, saat kamu sudah merubah status menjadi mahasiswa. Kata Solidaritas yang kadang disebut sekadar “solid” merupakan sebuah kata yang acap kali terdengar. Diteriakkan, menggema ke seluruh pasang telinga para mahasiswa, supaya semua paham akan maknanya lalu mengamalkan.

Mulai dari saat penerimaan mahasiswa baru, baik itu tingkat Universitas, Fakultas maupun Jurusan, solid semakin sering terdengar. Saat ada yang lambat, saat ada yang terkena hukuman, bahkan di waktu makan, kata solid tidak pernah usai diteriakkan.

Kalian tega lihat dia dihukum sendirian? Kalian solid atau tidak” 

“Solid kak”

Sebenarnya apa maksud dari kata solidaritas dan “solid” itu sendiri?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) solid berarti kuat;kukuh;berbobot. Sedangkan Solidaritas berarti sifat (perasaan) solider, sifat satu rasa (senasib dan sebagainya); perasaan setia kawan. Ini berarti solid dan solidaritas menggambarkan kerja sama tim yang kuat atau sebagai bentuk representatif pepatah “Berat sama dipikul, Ringan sama dijinjing”.

Pernah suatu hari, dibelokkan dari gerbang Utama kampus Universitas Tadulako. arah menuju ke FMIPA dan Fakultas Teknik. Ada sekitar 20 puluh mahasiswa berkumpul. Rambut masih sama pendeknya, baju hampir sama warnanya. Membuat saya harus menengok 2 kali untuk memperhatikan mereka lalu bertanya-tanya apa yang mereka lakukan disana?

Teman saya menjelaskan, mereka merupakan mahasiswa salah satu Jurusan yang ada di fakultas Teknik. Mereka harus sampai di kelas sama-sama, artinya sama-sama dihukum juga kalau terlambat. Benar juga. Fakultas Teknik terkenal akan solidaritas mereka.

Lalu saya mulai berpikir, apakah solidaritas ini digunakan sebagai pengingat dalam semua keadaan dan kondisi? Misalnya, saat membuat laporan Individu. Kalian akan mendengar kalimat seperti “Nanti laporannya bagi ya?kita kan solid” atau “kok pelit? Kita harus solid woy”. Bukankah sekarang kata “solid” itu terdengar egois dan mengganggu?

Kalau memang solidaritas yang selalu digaungkan itu berarti susah senang sama-sama, lalu kenapa disaat seperti tadi kedengarannya seperti “kamu aja yang ngerjain, saya gak ngerti. Tapi nanti saya minta hasilnya ya”

Bukankah artinya mereka yang meneriakkan solid yang bersikap ingkar? Kalau prinsipnya susah senang sama-sama, berarti kamu, saya,dia, dan kita berusaha bersama-sama, belajar bersama-sama. Bukannya salah satu bekerja keras sementara  satunya sedang asik bercerita, tanpa sibuk memikirkan hasil.

Atau saat kamu meminta izin untuk makan, sebelum rapat atau pertemuan dimulai akan ada yang berkata “setelah rapat saja, kita solid. sama-sama lapar”. Namun bagaimana jika kamu sudah sangat lapar, atau penyakit maag-mu kembali kambuh jika menunggu untuk makan saat rapat yang tidak diketahui selesainya sampai jam berapa.

Bukankah lagi-lagi kata “solid” terdengar sangat menyebalkan?

Karena sakit itu harus kamu rasakan karena penyakit maag yang kembali kambuh, belum tentu dirasakkan teman-temanmu yang lain.

Lalu apakah kalimat “susah senang sama-sama” itu masih berlaku? Bukan berarti saya menolak apa itu “solidaritas”, hanya saja mungkin ada waktu dan suasana yang mendukung kapan kata ini harus disampaikan.

Misal, saat salah satu teman kalian butuh bantuan. Disitulah kata “solid” yang terdengar menjadi “Mari sama-sama membantu”, bukankah sekarang terdengar lebih hangat? Atau saat kerja sebagai tim, solid berarti semua punya komitmen, semua bertanggung jawab, semua saling membantu dalam setiap proses.

Alangkah baiknya solidaritas diamalkan pada waktu dan kondisi yang tepat, agar tidak terjadi perubahan makna dari kata itu sendiri.

AnakUntad.com adalah media warga. Setiap warga kampus Untad bebas menulis dan menerbitkan tulisannya. Tanggung jawab tulisan menjadi tanggung jawab penulisnya


Diterbitkan

dalam

oleh

Tags:

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *