Suka Duka Mahasiswa Bulan Ramadhan di Perantauan

Ramadhan tiba! Ramadhan tiba!
Marhaban Ya Ramadhan.. Marhaban Ya Ramadhan.. (bacanya jangan sambil nyanyi yaa ? )

Berpuasa adalah kewajiban bagi setiap muslim, hanya orang-orang yang terpilih yang bisa menjalaninya dan mendapat berkah saat bulan Ramadhan. Belum tentu semua muslim mampu menjalaninya.
Berpuasa di bulan yang penuh berkah ini akan terasa lebih nikmat jika bersama keluarga, namun bagaimana rasanya jika menjalani ibadah puasa di perantauan?

Nggak terasa yaa Ramadhan tahun ini udah hampir usai ?? Lebaran tinggal menghitung hari.

Sebagai anak rantau yang jauh dari keluarga demi pendidikan ataupun masa depan, tentunya tidak menjalankan ibadah puasa di kampung halaman sudah bukan hal baru.

Inilah suka duka mahasiswa bulan ramadhan di perantauan. Buat kamu yang baru lulus dan ingin lanjut kuliah di luar kota wajib baca yah ?

 

1. Kelewatan Sahur tanpa Alarm
Padat-padatnya tugas kampus yang harus diselesaikan hingga begadang membuat mahasiswa ketiduran sampai lupa pasang alarm. Apabila biasanya dibangunkan oleh ibu, maka anak perantauan harus menyetel alarm agar terbangun di waktu sahur. Jika tinggal sama keluarga, ada ibu yang siap membangunkan. Semalas-malasnya kita bangun, kecil kemungkinan untuk melewatkan sahur. Naah, alarm jenis inilah yang tidak dimiliki mahasiswa di perantauan.

2. Paham akan Arti Kebahagiaan dalam Kesederhanaan
Tak ada hidangan yang telah tersaji. Jika bersama keluarga kita bisa sahur dan berbuka puasa dengan menu empat sehat lima sempurna, anak rantau tidak bisa mendapatkan itu dengan mudah. Awalnya masih semangat masak dan beli makanan sehat, tapi lama-kelamaan kerajinan itu luntur dan akhirnya makan mie instan atau lauk seadanya. Hal itu membuat anak rantau sudah merasa bersyukur dalam kesederhanaan karena masih bisa berpuasa penuh.

“Tidak ada alasan untuk tidak menunaikan puasa selagi bisa, karena perjuangan yang sebenarnya adalah mampu konsisten di segala sesuatu tanpa terganggu dengan segala macam situasi.”

 

3. Tetap Ada Keluarga
Keluarga itu tetap ada, meski jauh dari keluarga anak rantau tidak selalu menghabiskan Ramadhan sendirian. Justru ada sisi lain yang menghangatkan dan rasanya hanya bisa pahami anak-anak rantau. Kehangatan itu datang dari teman-teman kost, organisasi ataupun komunitas, dan teman-teman dari kampung yang sama. Mulai dari buka puasa bareng sampai sholat tarawih bareng demi mengusir rindu pada keluarga di kampung.

4. Berhemat 
Ramadhan waktunya berhemat. Sebagai mahasiswa perantauan harus pintar mengolah uang jajan yang terbatas. Dengan uang seadanya mahasiswa rantau di tuntut menyeimbangkan kebutuhan sehari-hari, untuk keperluan kuliah, makanan, dsb. Naah, dibulan Ramadhan mahasiswa rantau bisa berhemat karena makan tidak harus tiga kali sehari dan ngemil pun terbatasi. ?

5. Masjid Sasaran Utama Anak Kost
“Rezeki buat anak kost?”
Biasanya selama Ramadhan banyak Masjid yang menyediakan takjil bahkan menu berbuka gratis. Bagi perantau rezeki seperti ini susah untuk di tolak, belum lagi kalau ada yang berbaik hati bagi-bagi takjil gratis di jalan. Meski apa adanya, dapat rezeki makan gratis sama teman-teman perantauan susah dijelasin kenikmatnya.

6. Pulang Kampung (Mudik)
Mudik itu nyata buat mahasiswa rantau. Buat yang tidak merantau sepertinya istilah mudik cuma jadi kata-kata yang biasa di dengar di berita. Hal ini tentu berbeda dengan anak rantau, bagi mereka mudik benar-benar hal yang di tunggu. Mereka paham betul mahalnya tiket menjelang lebaran.

Aduuhh… Jadi pengen pulang kampung dan tidak sabar bertemu keluarga di rumah!

 

7. Mempersiapkan Jawaban untuk Pertanyaan saat Lebaran
Nah.. Hal yang terakhir ini mungkin sebagian perantau sudah memikirkannya, apalagi mahasiswa semester akhir. Beberapa contoh pertanyaan khas Lebaran buat kamu mahasiswa semester akhir:
Sudah semester berapa?”
Wah.. Tidak lama lagi ya selesai?”
Kapan KKN?
Kapan Wisuda?”
Itulah beberapa pertanyaan khas saat Lebaran bagi mahasiswa semester atas, mungkin akan sedikit membuat hati kamu kurang nyaman karena tidak semudah dengan proses dan rintangan yang kita hadapi. Tapi, begitulah hal yang harus dihadapi mahasiswa rantau saat pulang kampung. Memang mereka tidak melihat usaha dan perjuangan kita melainkan dengan melihat hasil yang nyata, maka dari itu buktikan wahai mahasiswa semester atas. ??? So, siapkan jawaban yang cukup bijak ya?

 

“Sebelum kamu merasakan hidup di perantauan, kamu tidak akan tahu arti rindu yang sebenarnya.”

Baca juga : Palu Bangkit : Laut di Tanah Kaili | Puisi


Diterbitkan

dalam

,

oleh

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *