Cerita dan Klarifikasi Saat Unjuk Rasa

Selasa (24/09), malam sebelum kegiatan aksi, saya sudah menghimbau di beberapa media, seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, yang isinya

“untuk yang turun aksi besok jangan lupa bawa botol minum untuk mengurangi sampah plastik, inshaAllah kami akan menyediakan air minumnya”.

Hal ini saya lakukan karena saya peduli terhadap lingkungan. Saya selalu menghimbau, dimanapun saya berada untuk mengurangi sampah plastik, itulah langkah kecil yang dapat saya lakukan. Oleh sebab itu saya berinisiatif sendiri untuk menyediakan galon yang berisi air untuk masa aksi.

Tujuannya supaya masa aksi tidak banyak membeli air minum kemasan sekali pakai, atau yang sudah terlanjur beli mereka bisa isi ulang, jadi sampahnya juga sedikit berkurang walaupun tidak maksimal. Banyak yang memberi respon positif terhadap kegiatan ini. Saya juga mengajak beberapa teman yang peduli lingkungan untuk bantu saya.

Setelah kacaunya aksi, galon dan dudukan galon saya berhamburan ke jalanan, karena tidak sengaja diinjak pendemo yang berlarian karena panik ditembaki gas air mata. Sayapun juga ikut lari. Bagiku itu wajar dan saya juga juga merasa bersalah karena berada di tempat yang dekat dengan masa aksi.

Tapi bukan itu poinnya

Beberapa saat kemudian, masa dan aparat kepolisian mulai tenang. Saya dan andi Andi Paelori memberanikan diri kembali untuk memungut galon dan dudukan galon yang sudah berhamburan tadi. Saat saya sedang memungut galon itu, tiba-tiba polisi langsung datang meringkus saya dari belakang. Katanya saya mau mencoba melempar aparat. Kalimat yang paling saya ingat adalah “tasmu ini ada batu” , padahal kenyataanya tidak ada. Hanya peralatan makan, botol minum, sedotan bambu, bendera merah putih dll.
Saya kemudian dibawa ke dalam Polda untuk diinterogasi. Alhamdulillah, sekitar jam 8 malam kami di bebaskan. Terimakasih pak polisi tidak menyakiti kami.

Lagi-lagi ini belum poinnya

Entah kenapa perasaanku senang sekali, mungkin karena saya berjuang untuk kebaikan tapi malah kena tangkap, dan saya sangat berayukur. Alhamdulillah.

Tapi saya sangat kecewa dengan berita yang cepat beredar, yang memberitakan bahwa saya dan 6 kawan saya lainnya merupakan “Provokator dan pelempar batu”, padahal mereka belum mengecek berita itu benar atau tidak.

Entah ini ulah siapa. Media atau oknum lainnya, entahlah itu cuma asumsiku saja, sekali lagi saya minta maaf jika ada yang tersinggung.

Saya cuma minta kepada teman-teman agar sebelum menyebarkan berita, kita harus klarifikasi dulu kebenarannya.

Untuk teman-teman yang sudah berjuang dan sedang berjuang, tetap jaga semangat. Niat baik memang selalu banyak tantangannya.

Sekali lagi saya bersyukur Indonesia masih punya mahasiswa. Hidup Mahasiswa!!


Diterbitkan

dalam

oleh

Tags:

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *