Melihat Keramaian Danau Tambing dari Beberapa Sisi

Beberapa hari kemarin Danau Tambing sedang ramai diperbincangkan di sosial media.

Ada yang menyayangkan ramainya pengunjung Danau Tambing yang riuh dan juga polusi sampah menjadi masalah karena akan mengganggu kehidupan flora dan fauna disana dan menyarankan pembatasan pengunjung hingga mengembalikan Danau Tambing kepada fungsi aslinya sebagai kawasan konservasi.

Adapula yang menyarankan untuk membuat aturan kawasan konservasi Danau Tambing sebagai Zero Waste Zone (Zona Minim Sampah) dan menjadikan tempat wisata kemah yang tidak lagi riuh dari teriakan suara pengunjung dan suara musik yang bisa menganggu pengunjung lainnya maupun fauna penghuni asli kawasan tersebut.

Kontroversi pengembangan pariwisata pada kawasan konservasi Danau Tambing kembali terdengar ketika meledaknya jumlah pengunjung pada pekan kemarin.

Ada pihak mengatakan dengan banyaknya jumlah pengunjung yang membuat riuh dan polusi sampah yang mereka tinggalkan akan mengubah ekologi alam, yang pada akhirnya mengubah perilaku dan rusaknya ekosistem asli disana.

Namun satu hal yang perlu kita ketahui bahwa kegiatan konservasi dilakukan bukan semata untuk lingkungan itu sendiri, melainkan terkait dengan perputaran perekonomian dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal disekitar kawasan konservasi tersebut.

Pengembangan pariwisata pada kawasan konservasi pada dasarnya bertujuan untuk optimalisasi zona pemanfaatan kawasan konservasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan kegiatan rekreasi pariwisata alam dan menjadi peluang usaha bagi masyarakat sekitar karena konservasi adalah tourisme dan tourisme adalah agen kesejahteraan (agent of welfare).

“Seperti diamanatkan dalam PERMENHUT NO. P.19/KPTS-II/2004, menghendaki penerapan mekanisme manajemen kolaborasi. Aspirasi para pihak dalam pengembangan pariwisata alam harus diperhatikan untuk meningkatkan dukungan dan partisipasi para pihak dalam pelaksanaannya. Masyarakat lokal sekitar kawasan didorong untuk dapat memanfaatkan peluang usaha dalam rangka peningkatan taraf hidupnya.”

Semakin banyak jumlah pengunjung yang datang ke kawasan konservasi Danau Tambing, sebenarnya memiliki manfaat untuk mempersempit ruang bagi pelaku tindak ilegal di kawasan tersebut.

Banyaknya jumlah pengunjung juga akan memberikan kesadaran pada masyarakat sekitar akan pentingnya hutan yang utuh, ekosistem yang alami, flora dan fauna yang berkembang di habitat alalaminya. Karena faktor-faktor itulah wisatawan bersedia berkunjung dan memberikan banyak penghasilan bagi mereka. Hal ini membuktikan bahwa pariwisata dapat berperan penting sebagai fungsi perlindungan dan pengamanan kawasan konservasi.

Dalam pelaksanaannya perlu adanya peran dan kerjasama antara pengunjung dan pengelola untuk saling mengedukasi juga memberikan kesadaran untuk menjaga kawasan tersebut agar tetap kepada fungsinya sebagai kawasan konservasi tanpa membatasi jumlah pengunjung, tanpa riuh dan tanpa meninggalkan sampah. (HT)

AnakUntad.com adalah media warga. Setiap warga kampus Untad bebas menulis dan menerbitkan tulisannya. Tanggung jawab tulisan menjadi tanggung jawab penulisnya.


Diterbitkan

dalam

oleh

Tags:

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *