Opini

Opini

Waktu telah menunjukkan pukul 5 sore, satu persatu mahasiswa mulai meninggalkan kampus. Namun Agus, Anto dan Ali masih asik nongkrong di sekretariat sambil ngopi. Mereka bertiga memang selalu begitu, pulang kosan apabila langit sudah gelap atau kadang menunggu hingga satpam datang. Sebagai MABA (mahasiswa basi) mereka bertiga termasuk mahasiswa yang rajin datang ke kampus tapi malas masuk kelas, seluruh waktu mereka habiskan untuk nongkrong di sekretariat atau kantin.

Hampir tiap kali nongkrong mereka membahas persoalan kampus dan negara, tapi selalu saja diakhiri dengan perenungan. Mengetahui terjadi kekacauan namun tidak bisa berbuat apa-apa, sampai-sampai mereka lupa kalau kebiasaan tidak masuk kelas juga menambah beban kampus dan negara.

Tapi begitulah mereka. Sering dianggap aneh oleh mahasiswa lain karena pola pikir dan hidup yang nyeleneh. Entah mungkin karena kesamaan huruf awal nama mereka yang buat mereka bisa saling memahami atau mungkin juga takdir tuhan mereka harus berkawan. Entahlah apapun itu, sejak pertama menginjakkan kaki di kampus hingga saat ini mereka tidak pernah terpisahkan.

“Kalian sudah dengar tidak, kabar hangat kampus? Sehangat tai sapi yang baru keluar” Ali memulai diskusi
“Masalah apa lagi? Mahasiswa ketahuan nyolong lagi?” Ucap Anto
“Bukan”
“Dosen ketahuan korupsi uang pembangunan?” Kali ini Agus ikut menebak
“Ahh itu mah biasa, bukan itu” ucap Ali lagi
Agus dan Anto saling menatap keheranan, mereka melihat kearah Ali pertanda tidak tahu.
“Dasar kalian berdua manusia KW, ini akibat jarang sosialisasi sama yang lain”
“Yaelah, mau bilang satu perkara saja pakai pengantar yang panjang-panjang, mirip caleg saja” potong Anto
“Iya, kalau mau bilang yah langsung bilang” sambung Agus
“Oke Kalau gitu, kalian sudah dengar kabar kalau mahasiswa fakultas sebelah laporkan salah satu dosen ke polisi karena pidato dosen itu didepan mahasiswa baru terkesan menjelek-jelekkan kampus sendiri”
“Lah itu kan kejadian 3 hari lalu, bukan tai sapi hangat lagi tapi tai kucing kering” jawab Agus
“Hahahahaha iya, itu kabar lama. Videonya sudah tersebar malah” kata Anto sambil tertawa
“Terus tanggapan kalian bagaimana?” Tanya Ali

Kini Agus dan Anto kembali saling menatap, Agus memberi isyarat pada Anto untuk memulai terlebih dulu.
“Yah kalau menurutku, sangat berlebihan mahasiswa yang sampai bawa-bawa masalah ini ke polisi. Kan sebenarnya dia juga bisa buat orasi tandingan kalau tidak sepakat dengan dosen itu, biar kelihatan keren gitu, pidato dibalas pidato. Apalagi setelah lihat isi pidato bapak itu juga seperti tidak ada yang keliru, beliau hanya menyampaikan data yang diberikan kawannya soal oknum mahasiswa yang mencuri dan data BPK soal beberapa perguruan tinggi yang menyalahgunakan dana kampus untuk kepentingan pribadi. Ditambah lagi isi pidato beliau banyak mengajak teman-teman seprofesinya untuk berusaha lebih lagi dalam mendidik mahasiswa” Anto coba menjelaskan.

“Nah betul. Tapi diluar teks pidato bapak itu, sebenarnya beliau memperlihatkan ketidakberdayaannya” kata Agus

Sekarang Ali dan Anto yang kebingungan mendengar perkataan Agus. Didesak oleh rasa penasaran dan kopi yang hampir habis, Ali bertanya “kenapa bisa begitu”. Agus hanya tersenyum sambil berkata “jelas bapak itu lemah, karena hanya berani sampaikan lewat pidato persoalan kasus pencurian entah dari oknum mahasiswa atau oknum pejabat kampus walaupun tidak diuraikan dalam pidatonya kampus kita ini termasuk dalam kampus yang menyalahgunakan dana atau tidak, tapi saya rasa bapak itu tau karena beliau bagian dari lingkaran pejabat kampus. Kalaupun beliau tidak ikut-ikutan dan ingin coba memberantas, pasti susah karena orang-orang seperti beliau itu sedikit, buktinya beliau hanya sampai pada pidato yang mungkin jadi senjata terakhirnya. Tapi ingat ini hanya sekedar opini yah jangan sampai orang lain dengar dan dilaporkan juga, hahahaha” jawab Agus mengakhiri diskusi.

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *