Panduan Bagi Senior Agar Terhindar Menjadi Pelaku Kekerasan Dilingkungan Kampus.

Tahun 2021 ini menjadi tahun yang menyedihkan bagi dunia pendidikan, bagaimana tidak hanya di tahun ini terjadi empat kasus kematian mahasiswa akibat di empat kampus berbeda di Indonesia. Total korban nyawa yang melayang berjumlah 5 orang. Pandemi COVID-19 yang memaksa pelajar atau mahasiswa berkuliah secara daring ternyata tidak mampu memutus budaya kekerasan ini berkembang di lingkungan kampus. Ini baru kasus yang terlaporkan di media, jumlah aslinya akan jauh lebih banyak dengan dampak yang juga beragam.

Tulisan ini dibuat untuk menyadarkanmu bahwa tindakan kekerasan atas nama pengkaderan apapun alasannya tidak dibenarkan. Mari bebaskan diri kita menjadi pelaku kekerasan apalagi pelaku pembunuhan. Berikut adalah pedoman yang harus kamu katahui.

1. Pahami bahwa kamu dan juniormu sama-sama berstatus mahasiswa, sama-sama membayar UKT
Kalian sama-sama menempuh studi dengan beban SKS yang sama. Tidak ada yang spesial. Pembeda antara dirimu dan juniormu hanya karena kamu lahir lebih dulu. Hanya itu. Apa istimewanya dari itu? Tidak ada! Maka janganlah kamu menuntut hak istimewa apapun dari juniormu. Termasuk merasa punya hak untuk diperlakukan hormat atau apapun itu.

2. Pahami bahwa setiap manusia dimuka bumi ini punya hak dan kehendak bebas.
Setiap orang punya hak yang dijamin oleh negara dan UU: hak untuk hidup, hak untuk tumbuh berkembang, hak untuk memperoleh pendidikan, hak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang merendahkan derajat manusia. Itu adalah hak dasar yang WAJIB HUKUMNYA DIPAHAMI oleh setiap warga negara, terlebih oleh mahasiswa yang menempuh pendidikan tinggi.

3. Ingat kamu dan juniormu bukan saudara! Kalian tidak punya ikatan darah.
Kalian tidak pernah hidup dalam satu kandungan yang sama. Juga tidak pernah berbagi ASI dari ibu sepersusuan yang sama. Sekali lagi, juniormu itu bukan siapa-siapamu. Dia hanya orang lain yang kebetulan bertemu denganmu dikampus yang sama. Maka kamu TIDAK PUNYA HAK MENGATUR KEHIDUPANNYA. Kamu tidak punya wewenang apapun untuk mengatur dirinya hingga kamu bebas memperlakukan mereka sesuai keinginanmu.

4. Kamu bukanlah polisi moral!
Kamu tidak sepantasnya menetapkan batas moral “navatu” “pandang enteng” dan segala macamnya sesuai dengan standarmu. Kamu tidak punya wewenang menetapkan hukuman apapun. Juga tidak punya kewajiban untuk mengatur etika hidup orang lain. Jadi jangan pernah merasa memperbaiki etika junior adalah bagian dari tugas dan tanggung jawabmu. SAMA SEKALI TIDAK! Lebih baik kamu mengurus moral dan etikamu sendiri. Kalaupun kamu merasa terpanggil untuk memperbaiki cukup mengingatkan, bukan memberi hukuman.

5. RASA HORMAT itu BUKAN DIMINTA tetapi DIBERI.
Kamu tidak bisa memaksa orang untuk tunduk hormat kepadamu. Hingga segala macam cara dan pembenaran kamu lakukan agar rasa hormat itu kamu peroleh. BIG NO! Itu bukan hormat tapi takut. Sekali lagi hormat itu tak bisa dipaksakan, ia adalah pemberian. Orang akan menghormatimu HANYA BILA KAMU MEMANG PANTAS DIHORMATI. Karena itu dibanding kamu memaksakan kehendak orang lain, mending kamu memperbaiki diri, melayakkan dirimu melalui ahlak, pencapaian dan prestasi, hingga dirimu layak untuk dihormati.

6. Perlu kamu pahami karakter setiap orang itu berbeda-beda.
Karakter seseorang dibentuk dari kebiasaan, ia lahir dari didikan keluarga dan orang-orang disekitarnya, dari kecil hingga dewasa. Jangan pernah kamu merasa mampu mengubah karakter orang, apalagi dalam waktu singkat. ITU OMONG KOSONG!

7. Lupakan narasi-narasi “ini latihan mental”, Serius ITU LELUCON TINGKAT DEWA!
Narasi itu hanya akan jadi bahan tertawaan para praktisi kesehatan mental. Kamu bukan psikolog, kamu tak punya dasar keilmuwan, kamu tak punya sertifikasi apapun, maka jangan pernah mengklaim metodemu bagus membentuk mental seseorang! Seorang psikolog klinis pun harus belajar bertahun-tahun untuk menemukan metode terbaiknya, mempelajari ribuan jurnal dan hasil penelitian. Bahkan ketika membuka klinik/praktek harus memperoleh izin klinik. Jadi izin dari siapa yang kamu pakai sebagai dasar melatih mental mahasiswa?

8. Membangun narasi “melatih fisik mahasiswa” juga sama konyolnya.
Ini kampus, bukan medan pertempuran, juga bukan arena olahraga. Lalu buat apa latihan fisik? TIDAK ADA FAEDAHNYA! Coba tanyai para praktisi kebugaran, berlatih fisik itu punya tujuan spesifik (daya tahan tubuh, membentuk masa otot, menurunkan berat badan, dll). Dengan adanya target kita bisa menerapkan latihan fisik yang sesuai, bukan asal main. Berlatih fisik juga tidak main hari, ia rutinitas termasuk dibarengi dengan pola hidup sehat dan nutrisi seimbang. Klaim latihan fisik 3 hari dengan guling-guling dan berendam air jam 2 malam itu BUKAN LATIHAN FISIK tapi KEKERASAN FISIK!

9. Setiap orang punya penerimaan yang berbeda-beda.
Bukan berarti pola didikan yang kamu terima dimasa lalu kamu anggap berhasil, hal itu akan berlaku sama bagi setiap orang. Apalagi sekarang zaman telah berubah, generasi baru kini lebih terbuka. Mereka lebih kritis, juga lebih sadar terhadap hak otoritas atas tubuhnya. Kaderisasi, Latihan Kepemimpinan, Diklat, Diksar, dll itu memang penting tetapi yang paling utama dari semua itu adalah manusianya. Maka carilah metode diksar yang baik, yang memanusiakan manusia, yang menjunjung tinggi hak dan martabat manusia.

10. Adik atau junior dikampus bukanlah objek atau bawahan kita.
mereka adalah kawan dan juga partner kita dalam mencapai tujuan berlembaga. Bila ingin membuat kegiatan diksar, libatkan mereka dalam pengambilan keputusan, susunlah agenda, tata tertib dan sanksi secara partisipatif. Sehingga setiap orang paham mana batasan dan goal yang harus dicapai.

11. jadilah senior yang humanis, egaliter dan mengayomi.
Ingat kehidupanmu didunia kampus hanyalah sementara. Kehidupan sesungguhnya akan datang pasca studi. Maka selama kamu berkuliah berteman baiklah dengan siapapun, termasuk dengan juniormu. Jangan mencari musuh atau meninggalkan dendam pada siapapun. Kamu tidak akan pernah tahu jalan hidup seseorang, mungkin suatu hari nanti malah juniormu jalanmu memperoleh Rezeki. Kelak kamu akan sadar betapa pentingnya membangun relasi dan hubungan baik pada setiap orang ketimbangkan mempertahankan tradisi kekerasan yang kolot ala penjajahan.

Sekian.

AnakUntad.com adalah media warga. Setiap warga kampus Untad bebas menulis dan menerbitkan tulisannya. Tanggung jawab tulisan menjadi tanggung jawab penulisnya


Diterbitkan

dalam

,

oleh

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *