Mengapa Budaya Kekerasan Sulit Hilang Dari Kampus-Kampus Indonesia Timur?

Kamis, 16 Maret 2023

Dua Fakultas Universitas Hasanuddin Terlibat Tawuran. Pemicunya provokasi saat menonton pertandingan olahraga. Bentorkan kembali terulang pada esok harinya pada Jumat 17 Maret 2023. Kedua kelompok fakultas (peternakan dan kelautan) saling serang. Akibatnya fasilitas kampus rusak, termasuk satu sekretariat mahasiswa.

Ini menjadi tamparan keras bagi Universitas Hasadudin. Untuk ukuran kampus termaju di Indonesia timur yang harusnya menjadi percontohan kampus-kampus lain, tradisi kekerasan seperti ini masih terlanggengkan.

Menindaklanjuti peristiwa tersebut, Rektor Universitas Hasanuddin, Jamaluddin Jompa segera membentuk Satgas. Dirinya geram. Ia ingin segera mengusut kasus tersebut hingga tuntas. Menurutnya aksi kekerasan seperti ini sudah keterlaluan dan termasuk tindakan kriminal. Aksi pengeroyokan dan perusakan fasilitas kampus seperti ini harus segera dihentikan.

Satgas yang dibentuk kemudian menyelidiki penyebab tawuran dan memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku provokator. Investigasi tersebut dilakukan dengan melibatkan pihak kepolisian. Hingga akhirnya 7 mahasiswa dan 1 cleaning service pun ditetapkan sebagai tersangka. 5 mahasiswa peternakan, 2 mahasiswa fakultas kelautan. Ketujuh tersangka dijerat dengan pasal 170 KUHP. Selain itu kampus Unhas tegas memberikan sanksi administratif dengan mengeluarkan 7 mahasiswa tersebut dari kampus (DO).

Sebagai salah satu kampus tertua di Indonesia, Unhas punya catatan panjang mengenai aksi tawuran mahasiswa. Catatan paling kelam terjadi pada tahun 1992 yang dikenal sebagai “Black September”. Pada masa itu tawuran melibatkan mahasiswa fakultas Teknik dengan beberapa fakultas lain seperti ekonomi, isip dan hukum. Para mahasiswa saling serang menggunakan batu, bambu runcing dan bom Molotov. Bahkan ada yang membuat barikade dari kabel telanjang yang dialiri listrik. Hingga salah satu laboratorium fakultas Teknik ludes terbakar.

Ragam upaya telah dilakukan Unhas untuk menghilangkan tradisi kelam tersebut. Salah satunya dengan memindahkan fakultas Teknik Unhas ke Gowa. Gagasan pemindahan ini diusulkan langsung oleh Jusuf Kalla. Rupanya, setelah fakultas Teknik pindah ke Gowa, tawuran tidak juga berakhir.

Selasa 6 Juni 2023

Di kampus Universitas Negeri Makassar (UNM), mahasiswa dari fakultas sastra dan fakultas Teknik terlibat tawuran. Tawuran antar fakulyas ini terjadi di dalam kampus, satu sepeda motor dibakar dan dua orang mahasiswa mengalami luka bacok hingga dilarikan ke rumah sakit. Imbas aksi ini sejumlah fasilitas kampus rusak dan sekretariat mahasiswa sastra terbakar.

Usai peristiwa tersebut kepala Human UNM, Burhanuddin, mengatakan masalah tersebut sudah ditangani masing-masing fakultas. Lanjutnya, sansi paling berat berupa Drop Out (DO) akan diberikan kepada mahasiswa yang terbukti ikut mahasiswa ikut dalam aksi anarkis tersebut.

Kamis, 8 Juni 2023

Kejadian serupa terjadi di kampus Universitas Tadulako. Fakultas Kehutanan dan fakultas Teknik saling bentrok. Ini adalah bentokan kedua yang terjadi di dalam kampus setelah sebelumnya terjadi aksi serupa pada 31 Mei. Pemicunya perselisihan dalam pertandingan olahraga. Akibat kejadian ini kampus Untad diliburkan hingga 12 Juni, sementara fakultas Teknik diliburkan hingga 18 Juni.

Peritiwa yang terjadi berulang kali, Rektor maupun Wakil Rektor Untad diminta untuk memberikan sanksi tegas baik sanksi administrasi atau hukuman bagi para mahasiswa baik dari Fakultas Teknik maupun Kehutanan yang melanggar.

Stigma buruk mahasiswa timur Indonesia

Maraknya aksi tawuran dan anarkisme yang terjadi di kampus-kampus timur Indonesia memberikan stigma buruk bagi alumninya di kancah nasional. Budaya kekerasan yang terpelihara di dalam kampus bukan hanya merugikan citra kampus itu sendiri, namun juga memberikan dampak berkepanjangan bagi alumninya.

Stigma tersebut dapat dirasakan ketika alumni PTN timur Indonesia melanjutkan studi di kampus-kampus besar di Jawa. Background studi S1 selalu menjadi perbincangan dosen dan mahasiswa saat perkenalan.

Dua hal yang menjadi isu utama bagi alumni PTN timur Indonesia, pertama kompetensi lulusan dan kedua kecerdasan emosional. Masifnya aksi kekerasan dalam kampus memberikan stigma bahwa alumni PTN timur Indonesia itu memiliki IQ dan EQ yang rendah. Kondisi demikian menjadi tembok pembatas bagi dosen untuk melibatkan mahasiswa timur Indonesia dalam proyek-proyek penelitian atau hibah dosen.

Tidak cukup sampai disitu, background studi S1 juga menjadi pertimbangan perusahaan dalam merekrut karyawan. Perusahaan nasional dan multinasional lebih memilih alumni dari kampus-kampus yang memiliki reputasi baik, ketimbang kampus dengan ragam masalah. Tidak jarang IPK kampus PTN timur Indonesia juga mendapat diskriminasi. Lulusan PTN Timur Indonesia dengan IPK 3,5 disetarakan dengan IPK 3,0 lulusan kampus-kampus di Jawa. Akibatnya lulusan PTN timur Indonesia sangat jarang memperoleh karir cemerlang atau posisi strategis dalam perusahaan nasional ataupun internasional.

Hanya satu atau beberapa orang yang berkonflik, haruskah seluruh alumni yang menerima dampaknya?


Diterbitkan

dalam

oleh

Tags:

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *