Waktunya aku menjadi rembulan
Saat harimu makin gelap
Rembulan hadir memberi semua cahayanya padamu
Berusaha tetap menyinarimu dengan segenap dayaku
Meskipun memang, remang
Hingga musuh rembulan datang
Suara ayam jantan melengking
Bagaikan genderang
Membangunkan yang benderang
Tiba masa mentari terbit
Kaupun bertemu mentari
Maka tiba waktunya rembulan dilupakan dan menarik diri
Kulihat dirimu sangat menawan dan gembira bersama mentari
Kaupun berharap tak ada lagi malam yang gelap.
Pesan untuk bumi (maupun penghuni) yang selesai membaca sajak tadi
“Jangan membuat bulanmu merasa sia-sia, mungkin matahari lebih sanggup menghidupimu. Namun saat kau gelap dan bersedih, menengoklah ke atas! Disana ada bulan yang selalu siap untuk meneduhkan. Karena jika kau mencoba menatap matahari, dia berada di ujung pandanganmu.”
AnakUntad.com adalah media warga. Setiap warga kampus Untad bebas menulis dan menerbitkan tulisannya. Tanggung jawab tulisan menjadi tanggung jawab penulisnya. |
Tinggalkan Balasan