Kenangan itu Kisahku

Selamat Malam.

Masih dengan laptop yang sama ada dipangkuanku, kulanjutkan kisah yang pernah lalu kutuliskan untukmu disini, semoga kamu telah membacanya. Kisah yang telah terputus kala SMP. Tanganku masih semangat untuk menuliskan kisah ini untukmu Ndra.

Dinginnya malam telah membantuku untuk mengingat kembali kisah lalu. Kumulai kisah SMAku denganmu. Tepatnya kelas tiga SMA sederajat. Entak kenapa, aku mulai melirik adikmu (maafkan kenakalanku kala itu). Aku pikir itu wajar, kamu harus tau, laki-laki itu mudah tertipu dengan kecantikan padahal saat itu aku masih dengan pacar baruku, kamu mengenalnya.  Setelah beberapa waktu, yaaa kira-kira hampir luluslah pokoknya, aku lupa waktu tepatnya. Kami mengakhiri hubungan karena kala itu dia memang mau pergi. Waktu itu dibenakku  adalah bahwa ‘jodoh itu lebih baik yang dekat’. Yaa aku sudah berumur 17 tahun waktu itu, sederajat dengan siswa kelas 3 SMA walaupun bersekolah di SMK. Ketika istirahat sekolah tidak sengaja hanya sebagai permainan saja, kutulis mengenai kriteria apa saja yang bisa menjadi acuan mencari pasangan (tak tau kenapa pikiranku sudah begitu jauh kala itu. Ah sudahlah, itu hanya permainan anak SMA yang masih dalam proses pencarian jati diri. (Abaikan saja tentang ini).

Mengacu pada kriteria yang ada, awalnya aku mengincar si z, selain dia juga dekat denganku diapun sesuai dengan kriteria yang kutulis. Tapi ada satu alasan yang membuat diri ini membatalkan niat itu. Kamu tidak perlu tau itu.

Entah kenapa tiba-tiba aku teringat dirimu. Sesuai data yang ada aku pun memvalidasi mengenai dirimu dan kriteria yang kutulis. Aku tak tau kenapa aku seselektif itu kala itu. Apakah kamu ingat? Di saat kita bertemu kutunjukkan padamu catatan kriteria-kriteria yang sudah kutuliskan, dan kamu pun tertawa tentang itu (Aku tidak mengerti apa yang kamu ketawakan, entah kamu mentertawakanku atau kamu tertawakan kriteria yang sudah kutulis, Ah sudahlah).

Tak tau kau anggap apa kejadian itu, namun bagiku suatu yang mengesankan.

Rasanya sudah mulai mengerti kalau cinta dan jodoh itu diawali dengan rasa dan diseleksi dengan logika. Itu hanya pemikiranku, aku tidak memaksa kamu harus setuju dengan ini.  Memang jatuh cinta itu mudah, tapi mempertahankan dalam suatu hubungan itu memang butuh perjuangan lebih.

Waktu itu sudah sangat klop banget dengan kriteria yang kutulis. Sebenarnya rincian yang  kutulis itu masih umum, seperti jujur, berbicara sopan, rendah hati, dan sifat terpuji lainnya. Haaha… betapa malunya  aku kalau mengingat itu.

Kamu meyakinkanku untuk menunggu hingga lulus dengan sikapmu yang penuh harapan itu.”Sudahlah Ri, kita kan sudah jalan bareng”, katamu. Itu  sebuah ungkapan yang sangat menenangkan hati. Namun sebenarnya itulah  ungkapan ketika aku pesimis untuk menjalani hubungan kita kala itu. Aku takut kamu tak menerima semua kekuranganku. Dan kuberanikan diri untuk bercerita jujur padamu kala itu. Aku tak mau mengulang cerita itu lagi, kuharap kau melupakannya.

Sekitar 2 hari terlewat, di status facebookmu tertulis, “Bismillah.. (aku lupa kau berkata apa kala itu)”. Status itu membuat diriku serasa terbang melayang di langit yang tinggi yang disampingnya terdapat bunga-bunga dan disediakan sungai susu di dalamnya. Ah sudahlah, kamu tau yang kurasa saat itu, intinya aku sangat senang. Untuk menggambarkan kesenangan itu hingga kutulis singkatan namamu dan namaku di baju sekolahku. Saat ikut lomba pun kusempatkan untuk  memandangi fotomu yang telah kucetak sebelumnya, dan herannya, itu terjadi ketika lomba berjalan. Beruntung saat itu tidak ada juri yang melihatnya. wkwk

Ada yang lebih gila lagi tentang kisah kita saat itu, belajar bareng. Memang sih pelajarannya agak mirip. Tapikan SMA dan SMK kontennya beda. Itu saja masih kita paksakan. Wkwkwkwk. Namanya juga modus, apapun bisa jadi celah :D.

UN, SNMPTN, SBMPTN, Mandiri, UMPTN, UMPTAIN, semua telah lewat. Itu menjadi peringatan bagi kita untuk siap-siap menempuh kehidupan baru, entah beda kabupaten, beda provinsi, bahkan beda pulau.

–sudahlah, yang bagian ini di skip saja, warnanya coklat soalnya,buram—

Komitmen-komitmen terus berjalan. Begitu pula dengan kecemburuan dan kecurigaan. Hari semakin berlalu, namun rasa rindu belum sirna. Tiap telepon ada sedikit gangguan. Sms sering pending. Hadiah Al Quran yang kau berikan juga masih tersimpan utuh. Beda nasibnya kalau gelasnya, hehe. Apalagi karya tulisan nama kita, yang kamu rajut penuh cinta, masih rapi tersimpan di lemari kecilku. Mungkin akan tetap ku simpan. Aku merasa harus menyimpannya, karena kutau kamu harus begadang membuatnya, terimakasih Sandra.

Mungkin sampai saat ini kamu belum percaya kalau aku mengakhiri hubungan itu karena cinta. Akan kujelaskan. Sebenarnya sebelumnya aku sudah ingin mengakhiri hubungan kita itu. Tapi berpikir kembali. Akan susah jika harus mencari kembail orang seperti dirimu, yang bisa mengertiku dengan segala kekuranganku. Bahkan hampir tidak ada mungkin. Ah entahlah.  Dan juga sifat dan karaktermu yang begitu terpuji. Maka dari itu aku tetap bertahan. Kusempatkan bercerita pada sahabatku dia pun berkata , “Sudahlah, kalau jodoh itu tidak akan kemana, Allah sudah menyiapkan yang baik yang mau menerima semua kekuranganmu, apapun itu, kan semua pasti berpasang-pasangan”. Dan kusempatkan untuk merenung kembali memikirkan ini, apakah ini keputusan yang baik.

Tetet teteeet. Air mata mu menetes kan? Maaf. Aku tak pernah bermaksud menyakitimu. Aku mengakhiri karena Allah. Aku pun berpegang teguh dengan konsep ini, “Kita pisah dulu, kita saling memperbaiki dulu, nanti kalau sudah saatnya baru kita nikah”, pikirku. Aku berhenti menimbang-nimbang keputusanku, semua yang telah kukonsepkan itu seolah-olah mendahului kehendak Tuhan. Tuhan belum menentukan jodoh kita, kok kita malah nentuin sendiri. Dan saatnya kuputuskan dirimu. Saling memperbaiki diri. Istilah kerennya sekarang hijrah. Kita saling memantaskan yang baik. Yang baik agamanya, yang baik ilmunya.

Oh iya, sedikit kukonfirmasi padamu tentang masalah Dita yang kau sebut di setiap kau hubungiku.

Memang waktu itu aku mengaguminya. Kenal tidak, apalagi pernah bicara dengannya. Not at all. Sampai sekarang juga hanya tau saja, tidak lebih. Namun hanya ada beberapa tentangnya yang kutahu itu sudah bisa patut untuk dikagumi.

Mengenai aku yang mendendangkan lagu saat itu untuk Dita, aku tidak serius, aku hanya bercanda untuk berniat menggodamu. Maaf jika menyakitkan.

Yang perlu jadi catatan, dia tidak lebih dari kamu, dan kamu juga tidak lebih dari dia. Kalian sama baiknya, hanya saja dominan dalam hal yang berbeda.

*****************

Oh iya, sedikit mengingat ada peristiwa-peristiwa lucu masa-masa SMP SMA. Sms singkat dianggap marah. Berantem dikit ngancem putus. Tidak sms duluan jadi masalah. Tidak mau ketemuan jadi marahan. Sms orang lain cemburu. Yaaah. Wajar, memang menuju kedewasaan begitu.

************

Aku sadar terlalu banyak kesalahan yang kuperbuat. Maaf jika dulu pernah berkhianat. Maaf dulu pernah selingkuh. Maaf dulu pernah mengejekmu. Maaf dulu pernah cemburu gara-gara hal sepele. Maaf saat di telepon kemarin aku menyakitimu dengan menyebut nama Dita di tengah-tengah pembicaraan kita. Maaf salahku semua. Kuharap semua salahku kau maafkan. Aku berharap kau maafkan karena aku tahu Tuhan tidak mengampuni dosa terhadap sesama jika yang disakitinya itu tidak memaafkan, maka aku minta maaf Ndra.

Aku juga minta maaf telah terlalu mengekang dulu, termasuk menyuruhmu memakai rok, padahal itu bukan hakku. Maaaaaf banget. Maaf jika aku sok suci. Padahal diri iri lebih hina. Aku berharap silaturahmi kita tidak sekedar teman, bukan hanya bekas idaman, tidak hanya kau anggap mantan, apalagi lawan. Saya ingin kita lebih dari kawan. Entah itu kamu namai apa. Terserah. Dan semoga Tuhan memudahkankannya.

**

Tak lama setelah putus kudengar ocehan dari temanku, “Buset, padahal nang fb wes gembar gembor, lha kok putus”(perasaan baru eksis di FB kok sudah putus?). Betapa malunya diri ini. Aaah, selalu penyesalan datang terlambat. Kuhapus semua foto tentang kita di sosmed bersama kenangan buruk yang ada di kisah kita. Selamat datang masa depan.

*************

 

Jam telah menunjukkan pukul 02.00. Suara ayam sudah terdengar. Mataku pun mulai lelah untuk memandang laptopku. Akhirnya kututup laptopku dan mulai kuatur tempat tidurku. Berharap besok kau telah membaca ini. Selamat bahagia Sandra. Entah bersamaku nanti atau dengan pilihanmu nantinya.


Diterbitkan

dalam

oleh

Tags:

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *