Dampak Aktivitas Masyarakat disekitar Muara Kampulere

Kota Palu merupakan ibu kota dari Provinsi Sulawesi Tengah. Kota Palu memiliki salah satu ikon favorit yaitu jembatan Ponulele atau lebih dikenal dengan sebutan Jembatan Kuning. Kota ini di kelilingi oleh penggunungan yang langsung mencuram ke laut dan memiliki sungai yang Panjang membelah Kota Palu. Tidak heran kalau kota palu dijuluki kota seribu tende, hehehe.

Secara fungsional jembatan Ponulele sebagai sarana penghubung Kecamatan Palu Timur dan Kecamatan Palu Barat. Keistimewaan lain kota Palu memiliki sungai yang panjang dan berakhir di muara Kampulere, tepatnya di bawah jembatan Ponulele. Ditambah lagi dengan coretan yang berada di bawah keindahan jembatan Ponulele semakin lengkap ketika dipandang dari Cafe Pertamenu yang berada tak jauh dari jembatan.

Lanjut, mari kita bercerita sedikit tentang keadaan disekitara jembatan Ponulele. Lingkungan sekitar ternyata tak seindah saat kita memandanginya dari kejauhan.  Di bawah jembatan Ponulele terdapat banyak sampah. Dari manakah asal sampah-sampah itu? Tentu saja ulah dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Kenapa harus dibuang ke sungai? Kenapa harus dibuang ke pantai? Bukankah sudah di sediakan tempat pembuangan sampah (TPS)! Apakah keindahan dan kebersihan itu tidak penting? Bukankah kebersihan itu sebagian dari iman? C’mon guys… Sadarlah!

Secara umum, bukan manusia saja yang merasa terganggu akibat sambah tersebut, tapi juga ekosistem sungai dan laut juga terkena dampaknya. Pernah dengar kasus “Buaya Berkalung Ban” nggak? Atau itu hadiah dari saudara kembarnya…hehehe. Atau pernah dengar Ikan Hiu yang di temukan sampah dalam perutnya.

Harapan kami, tentunya sungai Kampulere terbebas dari sampah dan masyarakatpun dapat sadar akan pentingan kebersihan lingkungan. Mari menjaga bumi kita, maka bumipun akan menjaga kita. 🙂

Baca Juga :

Tulisan Kelompok 3 “Writing Challange” :

  1. Arum Sekar Wangi
  2. Anggita Rezkia
  3. Baso Wahyu
  4. Muhammad Yusuf Suni
  5. Ardianto

AnakUntad.com adalah media warga. Setiap warga kampus Untad bebas menulis dan menerbitkan tulisannya. Tanggung jawab tulisan menjadi tanggung jawab penulisnya

 


Diterbitkan

dalam

oleh

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *