Peran Mahasiswa dalam Pendidikan Karakter

Sebuah hal yang miris melihat keadaan moral yang tengah terjadi di Negara ini. Sebuah keadaan yang tidak pernah terfikirkan sama sekali oleh para pendiri dan pejuang yang merelakan nyawanya untuk keberlangsungan negara. Mereka berjuang untuk membentuk negara ini. Tugas generasi penerus bangsa ini harus mengubah bangsa menuju ke arah yang lebih baik lagi. Remaja – remaja sekarang atau yang biasa di sebut dengan “generasi zaman now” justru malah sebaliknya, perilaku mereka semakin tidak terkontrol dan terkendali. Mereka mempunyai prinsip yang selalu mereka agung – agungkan yaitu :

“Peraturan dibuat untuk dilanggar“

Jadi apalah daya negara menyiasati semua kebobrokan itu.

Kemudian muncul satu pertanyaan yang harus segera dijawab oleh negara ini.

Apa penyebabnya?

Sebuah tanda tanya besar yang sampai saat ini belum terjawab oleh pemerintah ataupun masyarakat negeri ini. Ada satu hal utama yang menyebakan semua itu dapat terjadi. Yaitu kurangnya moral atau karakter yang baik yang dimilkii oleh masyarakat negara ini.

Apakah pendidikan karakter itu?

Menurut prof. Dr. Jhon dewey, pendidikan merupakan suatu proses penagalaman. Sedangkan menurut KBBI, pendidkan merupakan sebuah proses pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek tertentu dan spesifik. Dari dua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan merupakan sebuah bimbingan bagi tiap individu untuk lebih menggali pengetahuan dan pengalaman yang belum mereka miliki. Karakter ? Sebuah kata yang tidak terdengar asing lagi di telinga masyarakat indonesia. Meskipun begitu, masih banyak juga yang belum mengetahui arti sebenarnya dari kata itu.

Menurut KBBI, karakter dapat diistilahkan sebagai sifat – sifat kejiwaan, budi pekerti, akhlak yang dimiliki seseorang yang nantinya akan membedakan sesorang tersebut dengan orang lainnya. Sedangkan menurut Alwisol, karakter adalah penggambaran dari tingkah laku yang dilakukan dengan memperlihatkan serta menonjolkan nilai, baik itu benar atau salah secara implisit atau eksplisit. Tak perlu mencari tahu dengan segala teori atau cara untuk mengetahui karakter seseorang. Cukup kenal lebih jauh dan perhatikan perilaku di kesehariannya. Niscaya karakter sesungguhnya akan segera terkuak.

Siapakah yang salah?

Tidak perlu menyalahkan orang tua atau pihak sekolah dari semua masalah yang sedang terjadi saat ini. Seharusnya dari kecil, seorang anak harus diajarkan apa itu moral yang baik dan bagaimna cara berperilaku yang baik. Meskipun sebagian besar orang tua penduduk di negara ini terlalu sibuk dengan urusannya masing – masing sampai melupakan tugas sebenarnya dari orang tua. Yakni mendidik anaknya. Ataupun dari pihak sekolah yang awalnya bertujuan untuk mendidik dan mengajar siswa – siswi yang awalnya tidak tahu apa – apa menjadi lebih tahu bahkan tak mampu mengatasinya. Ironisnya lagi, kebobrokan yang terjadi makin berkembang saat anak – anak sudah duduk di bangku sekolah. Awalnya hanya satu orang yang terkena penyakit moral, karena salah pergaulan dan masih mudahnya seorang anak terpengaruh dengan hal – hal yang baru, akhirnya merembet ke siswa – siswa yang lain. Lupakan semua itu dan sama – sama berfikir mencari jalan terbaik untuk mengatasi masalah karakter yang dimiliki bangsa ini.

Peran Mahasiswa?

Mahasiswa yang dikenal sebagai salah satu penyambung lidah rakyat. Semestinya mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Tapi miris, harapan tidak lah selalu sesuai dengan kenyataan. Justru masih banyak perilaku mahasiswa – mahasiwi yang tidak menunjukkan identitas atas gelar “Mahasiswa” yang disandangnya. Terdengar biasa di masyarakat bangsa ini tawuran antar pelajar di tingkat SMA atau SMK, tapi akan luar biasa apabila hal itu juga terjadi ditingkat kalangan mahasiwa. Ironis memang, tak pernah terbayang sebelumnya. Tapi fakta selalu berkata jujur, hal itu memang terjadi. Tawuran antar mahasiswa kerap kali terjadi di Perguruan Tinggi Negeri ataupun Swasta yang ada di negara ini. Seperti aksi tawuran antar mahasiwa di Universitas Negeri Makassar yang terjadi pada tanggal 11 Oktober 2002. Tawuran antara Fakultas Teknik dan Fakultas Bahasa dan Seni yang naas membuat 2 mahasiswa harus menghadap Tuhan terlebih dahulu. Tawuran antar mahasiswa FKIP dengan dengan Fakultas Hukum yang terjadi pada tanggal 19 oktober 2017 serta masih banyak lagi kasus tawuran yang membuat kita semua geleng – geleng kepala.

Maraknya kasus plagiat yang mencoreng nama baik mahasiswa tak kalah hits. Mereka berdalih, dengan banyaknya tugas serta kesibukan yang lain memaksa mahasiswa menggunakan cara cepat menyelesaikan tugasnya. Yaitu dengan cara plagiat. Mahasiswa yang harusnya mampu berinovasi dan berkreasi justru melakukan hal jauh dari kata mahasiswa. Contek menyontek bukan hal yang tabu lagi di kalangan mahasiswa. Kebiasaan buruk dari masa SMA masih terbawa – bawa sampai kuliah. Kasus hamil disaat masih melanjutkan program studinya juga sering terjadi kalangan mahasiwa yang akhirnya meruntuhkan cita – citanya dan keinginan besar orang tua untuk melihat anaknya sukses.

Melihat semua itu, sangat penting lah pendidikan karakter untuk membimbing mahasiswa menemukan karakter baik yang dimilikinya. Tidak lah cukup kata “Pandai” menghantarkan mereka ke arah perubahan yang lebih baik. Pria berdasi, berjas, dan pangkat tinggi buktinya mampu terjerumus ke dalam jeruji besi. Korupsi mengintai generasi penerus bangsa ini sedari dini, haruslah di bentengi dengan karakter atau moral yang kuat sehingga tidak tergolong ke dalam orang – orang yang pandai tapi berakhir dalam sel.

Mahasiswa harus mampu memahami dan mengaplikasikan pendidikan karakter dengan baik di kesehariannya. Bukan hanya fisik yang harus di latih dan di perbaiki, tapi karakter yang baik harus dibiasakan dan perlu di perbaiki. Dengan ilmu yang dimiliki serta karakter baik yang melindunginya, niscaya semua keinginan mahasiswa akan segera terwujud. Sebuah hasil tidak akan mengkhianati proses. Karakter yang baik, jujur, adil dan bertanggung jawab merupakan hal mutlak yang harus di miliki mahasiwa untuk membangun sisi mentalnya, masyarakat di desanya dan bahkan untuk negara tercinta ini. Mahasiswa harus mampu menjadi gerbong – gerbong utama pembawa perubahan negar ini menjadi lebih baik lagi.

Baca Juga :

AnakUntad.com adalah media warga. Setiap warga kampus Untad bebas menulis dan menerbitkan tulisannya. Tanggung jawab tulisan menjadi tanggung jawab penulisnya


Diterbitkan

dalam

oleh

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *