Jembatan Kuning Bergelimang Harta Karun?

Jembatan IV atau yang biasa masyarakat Palu sebut jembatan kuning adalah salah satu ikon menarik dari kota Palu. Jembatan ini merupakan jembatan lengkung pertama di indonesia yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Mei 2016. Jembatan kuning ini sekaligus menjadi primadona bagi masyarakat Sulawesi Tengah itu sendiri, jembatan kuning ini semakin terlihat berestetika karena didukung oleh pemandangan alam seperti bukit, laut ,dan juga pemandangan yang langsung mengarah ke gedung gedung tinggi di kota Palu.

Namun, dibalik semua keindahan yang dimiliki oleh jembatan kuning kota Palu ini, ternyata menyimpan bergelimang harta karun. Bukan emas ataupun perak, bukanpula berlian dan mutiara utuh. Melainkan sampah-sampah yang tersebar sepanjang pesisir estuaria. Hilir air yang mengalir dibawah jembatan kuning merupakan pertemuan antara sungai dan laut.

Istilah sampah ini tentu tidak asing lagi di telinga masyarakat. Karena sampah sudah menjadi sebuah polemik yang menggangu kesehatan, keindahan dan ekosistem lingkungan. Bukan hanya itu, masalah sampah ini tentu mengurangi keindahan dan daya tarik wisatawan. Kenapa kemudian kota Palu yang dikelilingi oleh teluk, dominan kondisi sampah relatif tidak tertata, dan sampah dimana-mana. Kenapa ? Karena masyarakat kota Palu sendiri berpikir bahwa dengan membuang sampah disekitar hilir perairan, maka sampah akan terbawa oleh arus. Namun faktanya, jutru kumpulan sampah tersebut terdampar disepanjang pesisir pantai, seperti fenomena sampah yang terlihat dibawah jembatan kuning kota Palu.

Selain itu, rasa tidak peduli, memiliki dan mencintai wilayah kota Palu sehingga masyarakat dengan gampangnya membuang sampah sembarangan. Pemerintah seharusnya punya perhatian lebih terhadap masalah sampah ini. Salah satunya adalah lebih tegas dalam memberikan sanksi bagi siapaun yang membuang sampah sembarangan.
Jika kedua belah pihak antara masyarakat dan pemerintah berkoordinasi dengan baik tentu dapat meminimalisir masalah sampah terutama dibawah jembatan kuning kota Palu.

Baca Juga :

Tulisan Kelompok 4 “Writing Challange”:

  1. Ardi Riansyah
  2. Nadia Rahmah
  3. Dwi Wahyu Mutiara
  4. Muh Rizki Tandra
  5. Nur Annisa Badar

AnakUntad.com adalah media warga. Setiap warga kampus Untad bebas menulis dan menerbitkan tulisannya. Tanggung jawab tulisan menjadi tanggung jawab penulisnya

 


Diterbitkan

dalam

oleh

Tags:

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *