Engkau tenang dalam keheninganmu
Diam dalam kedamaianmu
Laksana takkan ada hal yang akan terjadi
Eloknya kau dipandang tanpa gemuruhmu
Diri ini ingin melibatkanmu dalam gambar bersamamu jikalau liburan
Engkau bagai penyejuk kedamaian
Dikala butuh liburan selalu mengutamakanmu untuk dikunjungi
Untuk menenangkan jiwa dan pikiran ini dikala terlepas dari kewajiban yang telah dilaksanakan
Indahnya pancaran senja sore itu ingin menjumpaimu
Menenggelamkan cahayanya untuk mendatangkan gelap malam bersama
Tapi entah mengapa pada saat itu…
Saat dimana sebagian orang telah mempersiapkan dirinya untuk menghadiri festival itu…
Sebelum terjadi sesuatu hal ataupun sudah terjadi sebagian kecil…
Sesuatu yang tidak di kehendakiNya
Sang Kuasa pun mencegahnya terlebih dahulu
Palu Nomoni, 28 September 2018 pukul 18:02 Wita…
Suara berbunyi (Nomoni) dari dalam tanahpun terdengar dan mulai menggetarkan…
Timbullah goncangan yang begitu dahsyat
Menggoncangkan tanah Kaili
Hingga membelah tanah untuk bernafas
Meretakan hingga merobohkan hampir semuanya
Sempat terjeda… Saat itu orang-orang pun mulai panik, menangis, sedih, bingung, gemetaran, tercengkram, terbengkalai, dan mengingat Sang Pencipta Langit dan Bumi
Ingin menghubungi keluarga namun tak kunjung terhubung
Belum usai…
Tiba-tiba suara teriakan pun terdengar “air LAUT naik”
Sungguh disitulah mulainya
Tsunami…
LAUT…
Engkau menghempaskan semua amarahmu kepada kami
Tak hentinya hingga hantaman ombakmu yang lebih tinggi
Menghanyutkan…
Jembatan kuning pun patah
Penghubungmu antara sungai itupun hancur berkeping-keping
Sungguh tak terduga
Inilah engkau yang sebenarnya…
Baca Juga : When The City Smiles
AnakUntad.com adalah media warga. Setiap warga kampus Untad bebas menulis dan menerbitkan tulisannya. Tanggung jawab tulisan menjadi tanggung jawab penulisnya |
Tinggalkan Balasan