Palu…
Dulu kau tak dikenal
Hanya diketahui segelintir orang
Kini kau terkenal
Bahkan negeri asing pun ingin menyambang
Palu…
Aku tak lahir di tanahmu
Tapi aku tumbuh di tanahmu
Aku melihat perkembanganmu
Hingga aku menyaksikan kesuksesanmu
Palu…
Aku tak pernah menduga
Bahwa kau akan menjadi tanah mengerikan
Menghantam segala jiwa dan raga
Dalam sekejap tanpa peringatan
Aku pikir sore itu adalah sore yang indah
Seperti hari-hari yang telah lalu
Namun ternyata aku salah
Karena sore itu tak bisa dianggap angin lalu
Sore itu terlihat biasa saja
Senja nampak indah penuh romansa
Ombak laut menambah indah panorama
Semuanya seperti biasa saja
Kala semburat merah senja mulai tenggelam
Tanah berpijak seakan geram
Bumi mendadak seram
Menampar setiap insan hingga sudut hati terdalam
Yang tertawa mendadak panik
Yang bahagia menjadi takut
Segalanya langsung terusik
Bahkan ada yang semakin akut
Guncangan itu menyayat hati
Guncangan itu merapuhkan jiwa
Sekali pun sudah hati-hati
Tetap memakan jiwa
Perlahan tanah mulai mereda
Tapi laut melakukan hal yang senada
Tanpa memberi pertanda
Langsung menyambar rata
Orang-orang berteriak
Semuanya berlarian tak tentu arah
Alam seakan sudah muak
Memberi peringatan melalui gemuruh tanah
Jumat sore penuh luka
Jumat sore mengundang duka
Hati mulai terbuka
Menyebut nama Yang Maha Esa
Dua puluh delapan september
Dua ribu delapan belas
Kota Palu di ujung september
Penuh luka, penuh duka, mengundang belas
Tapi tak mengapa
Palu bisa bangkit
Kuatkan barisan kita
Palu akan bangkit
Baca Juga : Tak Peduli Perbedaan Kita
AnakUntad.com adalah media warga. Setiap warga kampus Untad bebas menulis dan menerbitkan tulisannya. Tanggung jawab tulisan menjadi tanggung jawab penulisnya |
Tinggalkan Balasan