Kategori: Puisi
-
Palu Bangkit : Myths and Destiny | Puisi
Myths and Destiny The length of shore destroyed by catasthrope God probably got us in the scope but we still believe in him and praying our hope So many houses had been break down because of the earthquake accordingly, we canceled our plans that we make but it’s never too late to the people who…
-
Palu Bangkit : Air Mata di Tanah Kaili | Puisi
Rintihan sore di tanah kaili Saat cahaya senja baru Saat seruan shalat berkumandang Bumi menggetarkan tanah kaili Seolah mengumbar amarahnya, Duka menyelimuti segenap jiwa Berendam dalam tumpahan air mata Bercampur genangan darah saudara kita Ribuan nyawa tertimbun tanpa pusara, Alam seakan menunjukkan tanda Namun, kami belum mampu memahaminya Teguran keadilan yang dipertontonkan sang penguasa Apakah…
-
Palu Bangkit : Ketika Empat Elemen Bersatu | Puisi
Ketika Empat Elemen Bersatu Bumi berguncang Membelah jalan raya Meruntuhkan gedung-gedung Merobohkan jembatan kuning Air laut menerjang Meratakan tepian pantai talise Menjarah ribuan manusia Menghanyutkan kendaraan yang melintas Angin berhembus Membuat badai dalam teluk Mebawa ombak-ombak raksasa Meniup atap-atap sisa-sisa reruntuhan Api menjalar Membakar Rumah-rumah Menghanguskan instalasi-instalasi Menerangi malam yang begitu gelap bagai lautan api…
-
Palu Bangkit : Kematian | Puisi
Kematian Ada duka yang sedang menyelimuti dada pada setiap yang kehilangan. Aku tahu kematian adalah kepastian untuk semua makhluknya, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu. Sekilas kenanganmu kembali dipelupuk mata… Senyum, Tawa, Amarah, Sedih, Risau, Seringkali menghampiriku Katamu berjalan bersama adalah bahagia, tapi menggenggam tanganmu saja aku tak bisa. Bahkan…
-
Palu Bangkit : Laut di Tanah Kaili | Puisi
Engkau tenang dalam keheninganmu Diam dalam kedamaianmu Laksana takkan ada hal yang akan terjadi Eloknya kau dipandang tanpa gemuruhmu Diri ini ingin melibatkanmu dalam gambar bersamamu jikalau liburan Engkau bagai penyejuk kedamaian Dikala butuh liburan selalu mengutamakanmu untuk dikunjungi Untuk menenangkan jiwa dan pikiran ini dikala terlepas dari kewajiban yang telah dilaksanakan Indahnya pancaran senja…
-
Palu Bangkit : Palu di Ujung September | Puisi
Palu… Dulu kau tak dikenal Hanya diketahui segelintir orang Kini kau terkenal Bahkan negeri asing pun ingin menyambang Palu… Aku tak lahir di tanahmu Tapi aku tumbuh di tanahmu Aku melihat perkembanganmu Hingga aku menyaksikan kesuksesanmu Palu… Aku tak pernah menduga Bahwa kau akan menjadi tanah mengerikan Menghantam segala jiwa dan raga Dalam…
-
Palu Bangkit : Kado Ulang Tahun | Puisi
Lewat 10 menit malam ini Ku tulis hari bahagiamu Harusnya kata itu terucap, pada 27 September. Kisahmu, Perjalanan yang begitu panjang Usiamu kini, 20 tahun lebih tua dariku Suksesmu, Capaianmu Keistimewaan yang selalu diabadikan dalam setiap moment Mulai dari merajut asa, hingga mengumbar rasa Setapak demi setapak bersama masa dan massa berkawan oleh resah…
-
Palu Bangkit : Palu Notumangi | Puisi
Semua lalu-lalang mencari pertolongan… Malam ini kota lulu-lantah digoncang gempa… Tanah terbelah, kota berkabut duka… Rumah jadi remah… Uang tak memberi pertolongan.. Jabatan tak memberi perlindungan… Baca Juga : https://anakuntad.com/2018/10/palu-bangkit-langit-cerah-ketika-bumi-berguncang/ Hanya seruan pada tuhan yang menggema di penjuru kota… Tanda bahwa kami hamba sedang tak berdaya… Semua pasrah berserah pada kuasanya… Tuhan… Apa kau…
-
Puisi : Keindahan Abadi – Muh. Nur Iman
Bukan Aku Yang Yang Menetapkanmu Untukku Tapi Aku Meminta Kepadanya Menjadikanmu Milikku Cinta Memang Rahasia Yang Penuh Teka-Teki Namun Aku Tau Bahwa Kamu Bukan Lagi Mistery Karena Aku Yakin Kamulah Takdir Terindah Bagiku Jangan Berpaling Dariku Walau Hanya Sekejap Saja Karena Aku Tak Pernah Berpaling Darimu Walau Sedetik Sekuat Kuatnya Besi Yang Menjulang Keatas Namun…
-
Puisi : Si Kecil Pendendang Lagu – Karya Ryanti Maharani
Si Kecil Pendendang Lagu Pagi menjelang… Kehidupan pun dimulai Dia mengambil gitar kecilnya Membuka pintu gubuknya Berlari menuju ke stasiun kereta Dia mendendangkan sebuah lagu Dengan gitar kecilnya Berharap orang-orang mengulurkan tangan Memberinya recehan Untuk membeli sesuap nasi Tubuh kecilnya yang rapuh Pakaiannya yang lusuh Berjalan mengikuti langkah kakinya Berjalan tak tentu arah Kerasnya kehidupan…